MENJAGA hubungan cinta dari perselingkuhan ibarat memelihara kristal agar tak retak sedikitpun. Karenanya, perlu ada pemeliharaan khusus agar tali cinta yang dibina tetap terjaga keutuhannya.
Persepsi memertahankan lebih sulit daripada membangun mungkin ada benarnya. Hal itu pun berlaku dalam memertahankan keutuhan sebuah hubungan di tengah ancaman godaan yang mengitari. Godaan tersebut dapat berupa pertengkaran internal hingga perselingkuhan yang sifatnya eksternal
Menyoal perselingkuhan, misalnya. Hal tersebut tak hanya menjadi milik publik figur semata yang kebetulan tersorot publik. Realitanya, hal itu pun terjadi pada masyarakat biasa yang jauh dari sorot kamera.
Hal itu pun diamini psikolog Efnie Indriani yang juga Kepala Bidang Kajian Psikologi Perkembangan, Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, Bandung, saat dihubungi okezone melalui sambungan telepon, Jumat (16/12/2011).
Dituturkannya, perselingkuhan merupakan salah satu bentuk problem yang secara umum muncul dikarenakan adanya ketidakpuasan dengan pasangan, baik dalam relasi pacaran ataupun menikah. Tak jarang, mereka pun mencoba mencari-cari yang lain dan seringnya tanpa disadari, mereka menemukan dengan sosok yang cocok dan bisa memenuhi hal yang tak bisa dipenuhi pasangan sendiri.
Mengingat rentannya ancaman tersebut, Efnie pun menyarankan bagi pasangan untuk senantiasa mengagungkan komunikasi.
“Komunikasi itu sangatlah penting. Dalam budaya kita, kurang komunikasi akan menjadi masalah utama dalam hubungan sehingga tak jarang mereka mencoba hubungan lain yang lebih memuaskan,” paparnya.
Selain komunikasi, Efnie pun memberikan masukan bagi pasangan agar selalu membuat kesepakatan terhadap pasangan dan kemudian mendiskusikannya untuk mengetahui keinginan masing-masing dan selanjutnya mencoba memfasilitasinya.
Kamis, 29 Desember 2011
Rabu, 28 Desember 2011
Ekonomi Sulit, Gairah Seks Pria Naik?
KONDISI ekonomi ternyata tak hanya berpengaruh pada keuangan rumah tangga, tapi juga urusan ranjang. Pengaruh itu dirasakan ketika kondisi ekonomi sedang menurun. Uniknya di tengah ancaman tersebut, gairah bercinta pria justru naik drastis. Benarkah?
Menurut sebuah penelitian baru, saat ekonomi sulit melanda, pria justru memiliki dorongan seks yang lebih tinggi dan cenderung lebih banyak aktif meminta pada pasangannya. Dalam studi tersebut, pria diminta untuk berpikir tentang kematian mereka sendiri dan kemudian mereka diminta untuk melihat beberapa foto erotis. Di sana, mereka menemukan bahwa respons pria lebih tinggi ketika melihat gambar erotis di hadapannya. Denyut jantung mereka mendadak meningkat dibandingkan ketika mereka diperintahkan untuk berpikir ketika merasakan sakit gigi.
Para peneliti berspekulasi bahwa refleks ini berhubungan dengan orang-orang di masa lalu. Pada masa evolusi ketika manusia dihadapkan dengan bencana kelaparan, refleks alami berkembang bagi seorang pria yakni segera menyebarkan benihnya secara luas sebagai upaya terakhir bereproduksi sebelum yang bersangkutan menyerah atas kelaparan yang melanda.
Selain refleks kuno, ada lagi teori mengapa pria lebih suka seks lebih ketika menjadi pengangguran. Seks dipercaya menjadi salah satu peredam stres yang melanda mereka. Hal ini dapat menjadi relaksasi dan mengurangi kecemasan mereka, seperti dirilis Sheknows.
Keinginan mereka untuk mendapatkan pengalaman seks secara lebih banyak selama masa ekonomi sulit merupakan pengalaman yang wajar. Layaknya garam dan gula yang menjadi kebutuhan harian, maka ketika kebutuhan tersebut tak terpenuhi, kelangsungan hidup pun akan terganggu.
Hal yang sama pun berlaku untuk seksual. Ketika pasangan menginginkan lebih untuk bercinta, artinya itu bukanlah ide yang buruk untuk dilakukan. Cara terbaik untuk menghidupkan ranjang yakni menginvestasikan waktu dan sumber daya pada pasangan untuk menjaga keberlangsungannya agar tetap bergairah sekaligus menyuntikkan energi pada pasangan agar lebih kuat melewati masa-masa sulit.
Selasa, 27 Desember 2011
Cerita Ibu Diperkosa Anak Kandung
Namaku Tini, usia 49 tahun, saat ini aku tinggal di kota Cirebon. Tetangga kiri kananku mengenalku dengan sebutan bu Haji. Ya, di blok komplek rumahku ini, hanya aku dan suami yang sudah naik Haji. Suamiku sudah pensiun dari Departemen Luar Negeri. Kini ia aktif berkegiatan di masjid Al Baroq dekat rumah. Aku pun aktif sebagai ketua pengajian di komplek rumahku ini. Tetangga kami melihat keluargaku adalah keluarga harmonis. Namun mereka bertanya-tanya, mengapa anakku masih kecil, masih berusia satu tahun, padahal aku sudah berusia hampir 50 tahun. Aku bilang saja, yah, maklum, rejeki datang lagi pas usia saya senja begini, mau diapakan lagi, tidak boleh kita tolak, harus kita syukuri. Sebenarnya aku punya anak lagi, anakku yang sulung, laki-laki, dan saat ini mungkin ia sudah berusia 26 tahun. Namanya Roni. Sebelum kelahiran anakku yang masih bayi ini, Roni adalah anak tunggal. Sampai akhirnya aku usir dia dari rumah ini dua tahun yang lalu. Dan sampai detik ini, suamiku, Beny, atau orang akrab memanggil dia Pak Haji Beny atau Pak Ustad, ia belum tahu alasan mengapa Roni meninggalkan rumah sejak dua tahun yang lalu itu, jika suamiku bertanya padaku, aku terpaksa berbohong, bilang tidak tahu dan pura-pura kebingungan. Walaupun aku tahu, karena akulah yang mengusir Roni dari rumah tanpa sepengetahuan suamiku. Cerita sedih ini berawal ketika Roni yang selama 15 tahun kami tinggalkan hidup dengan Neneknya di Cirebon, akhirnya kumpul bersama dengan kami layaknya keluarga. Bisa aku tinggalkan selama 15 tahun karena aku dan suami harus tinggal di Belanda. Saat aku dan suami ke Belanda, Roni baru berusia delepan tahun, ibuku (nenek Roni) tidak ingin jauh dari Roni, beliau mungkin takut Roni akan terbawa arus kehidupan eropa dan lupa adat indonesia. Jadilah Roni tinggal di Cirebon bersama ibuku, lalu aku dan suami tinggal di Eropa. Lima belas tahun kemudian, aku dan suami pulang ke tanah air, sebelum pulang aku dan suami menyempatkan diri untuk naik haji. Setelah pulang menunaikan haji, aku dan suami pulang ke tanah air dan pergi ke Cirebon. Tak kusangka anakku sudah besar, ya Roni telah berusia 23 tahun. Kami lihat ia tumbuh menjadi anak yang sangat soleh, santun dan lemah lembut. Aku sangat berterima kasih dengan ibu waktu itu, telah membuat Roni tetap menjadi anak yang baik dan rajin beribadah. Beberapa bulan setelah kami berkumpul bersama, ibuku (nenek Roni) meninggal. Kami sedih sekali waktu itu.Setelah itu kami hidup sekeluarga bertiga. Kehidupan keluarga kami sangat sakinah mawadah dan rohmah. Aku bangga sekali punya anak Roni. Ia rajin ke mesjid dan mengaji. Hal itu membuat aku dan suami selalu merasa bahagia. Seakan-akan kami awet muda rasanya. Kebahagiaan ini juga mempengaruhi kemesraan aku dan suami sebagai suami istri. Walaupun kami sudah tua, tapi kami masih rutin melakukan hubungan pasutri meski hanya satu minggu sekali. Sampai suatu hari, suamiku mendapat tugas dari untuk dinas selama tiga bulan di Qatar. Suamiku mengajak kami berdua (aku dan Roni anakku) namun Roni yang sudah kerasan tinggal di Cirebon menolak ikut, akupun karena tidak mau lagi jauh dengan anakku menolak ikut. Akhirnya hanya suamiku sendiri saja yang pergi. Hari-hari tanpa suamiku, hanya aku dan anakku tinggal di rumah kami. Aku sibuk sebagai ketua pengajian ibu-ibu dan memberikan ceramah kecil-kecilan setiap ada arisan di komplek rumahku ini. Roni aktif sebagai remaja masjid di masji Baroq dekat rumah. Terkadang karena aku sudah berusia hampir 50, aku mudah merasa capek setelah berkegiatan. Suatu siang aku merasa sangat capek, sehabis pulang memberikan ceramah ibu-ibu di masjid. Aku pun langsung tertidur. Saat aku tengah-tengah enaknya merasa nyaman dengan kasurku, aku seperti merasa ada sesuatu yang membuat paha, pinggang dan daerah dadaku geli dan gatal. Setengah sadar dan tidak sadar, aku lihat Roni sedang berada di dekatku. Sambil setengah ngantuk aku berkata, “Kenapa Ron? Mama capek nih…” “Ga, ma, Roni tahu, makanya Roni pijetin, udah mama tidur aja”, balas Roni. Aku senang mendengarnya, senang pula punya anak yang tumbuh dewasa dan baik seperti Roni. Oh terima kasih Tuhan. Lama kelamaan, aku mengalami hari yang sangat aneh, terutama setiap malam saat aku tidur. Aku merasa, ada sesuatu yang menggelitik daerah sensitifku, terutama daerah selangkanganku. Enak sekali rasanya, oh apakah ini setengah mimpi yang timbul akibat hasratku sebagai seorang istri yang butuh kehangatan suami. Ya, aku yakin karena aku ditinggal suami saat aku lagi merasa kembali muda dan penuh gairah, makanya aku sering sekali mimpi basah setiap malam. Mimpi yang rasanya sadar tidak sadar, kenikmatannya seperti nyata. Ya, aku menjadi senang tidur malam, karena ingin cepat-cepat mimpi basah lagi. Aku menduga ini adalah rejeki dari Tuhan, agar gairahku sebagai istri tetap terjaga, dan kebutuhan biologisku tetap tersalurkan walaupun hanya diberi mimpi basah sama Tuhan. Oh… nikmat sekali. Aku membayangkan suamiku, Beny, yang berhubungan denganku, oh nikmat sekali. Dan karena seringnya dikasih mimpi basah oleh Tuhan, setiap pagi aku bangun aku merasa kemaluanku selalu basah kuyup sampai celana dalamku basah total. Yah, jadinya aku punya kebiasaan baru selalu mandi wajib setiap pagi. Yang aku takuntukan hanya satu, takut saat aku mimpi basah, aku mengigau dan takut suara mendesahku terdengar anakku Roni. Tapi saat aku liat dari gelagatnya sehari-hari, nampaknya ia tidak tahu. Sampai tiga bulan lamanya, hampir tiap malam aku selalu mimpi basah, aku jadi heran. Apa penyebabnya dari nutrisi yang kumakan atau kuminum sehari-hari ya? Hmm, mungkin saja. Soalnya aku punya kebiasaan minum teh hijau sebelum tidu. Kata dokterku itu baik untuk orang setua aku, apalagi biar selalu sehat menjelang usia setengah abad. Akhirnya aku coba meminum teh hijau, saat pagi hari, malamnya kucoba tidak minum. Malam harinya, saat aku tidur, ditengah asyiknya tidurku, dan gelapnya lampu kamarku. Aku merasa perasaan mimpi basah mulai datang kembali, yah, mmh, rasanya ada yang menggelitik kemaluanku, sesuatu yang lembut, oh, bergerak-gerak. Selangkanganku pun ikut tergelitik hingga aku merasa ada sesuatu yang membuat basah kemaluan dan selangkanganku. Lalu berbarengan dengan rasa sensasi pada daerah kemaluanku, sesuatu yang lebut bergerak-gerak menyentuh buah dadaku, bergantian, pertama yang kiri lalu yang kanan, kemudian.. Aw!.. Ada rasa hisapan yang lembut hangat namun kuat pada puting buah dadaku yang sebelah kanan. Oh enak sekali, terima kasih Tuhan, jantungku mulai berdegup kencang, ini rasanya seperi nyata, yah! Tiba-tiba aku merasa tertindih oleh seuatu, hisapan kenikmatan juga tidak berhenti. Lalu ada sesuatu yang menusuk masuk ke liang kemaluanku saat itu aku setengah sadar terbangun, dan aneh, rasa ini masih kurasakan, setengah sadar aku jelas sekali ternyata memang ada sesuatu yang menindihku, sekilas aku masih membayangkan ini suamiku, berikut terdengar dari sesuatu itu suara perlahan yang serak, “ooohgh… Oogghh…” Siapa ini?! Astaghfirullah!! Saat aku tersadar penuh dan mataku terbelalak. Dalam keremangan gelapnya kamar aku sadar bahwa seseorang telah menindihku dan menyetubuhiku!! Lebih kaget lagi saat aku mendengar suara seseorang yang menindihku itu berkata, “Maaah… Ayo ma… oughhgh… Uhhh… mamahhh…” Langsung kudorong dia kuat-kuat! “Roni!! Kurang ajar!!! ASTAGHFIRULLAAH!!” Roni langsung berlari keluar kamar, aku pun langsung mengejar sambil menangis penuh amarah. “Roni!!”, bentakku. “Maafin Roni Ma! Roni ga tahan!”, Roni pun menangis takut. Aku tak kuasa bingung menghadapi perasaan ini, antara kalut, marah, benci, jijik, sedih dan takut. Hingga terucap kata-kata yang langsung keluar dari muluntuku, “Keluar dari rumah ini!!! Kamu bukan anak mama!!! Setan kamu! Binatang kamu ya!” Roni keluar rumah berlari. Aku duduk lemas menangis. Jadi, selama tiga bulan ini, baru aku sadari, mimpi basah itu bukan hanya sekedar mimpi. Semua mimpi itu nyata. Anakku!? Anakku sendiri yang melakukan ini padaku?!! Selama dua, tiga minggu aku tidak keluar rumah, bahkan semenjak kejadian itu aku jatuh sakit. Sampai saat itu aku masih tidak habis pikir dan belum lupa kejadian itu, dalam benakku terbesit, ya Tuhan, selama ini anakku telah menodai aku, aku ibunya, selama ini anakku yang selalu rajin beribadah ternyata adalah setan yang mengumbar nafsunya pada tubuhku yang mulai renta ini… Dosa apa hamba, ya Tuhan!? Saat aku menerima sepucuk surat yang dikirim oleh Roni, tanpa alamat jelas, ia berkata meminta maaf pada ku, ia mengakui bahwa ia sudah mulai tertarik secara seksual denganku sejak aku bertemu lagi dengannya, ia bilang aku cantik dan menarik, ia mengaku telah memberi obat tidur pada teh hijau yang selalu aku minum tiap malam agar aku teler dan tidak sadar saat ia memperkosaku… Pantas saja! Pantas ia selalu bermuka manis menyiapkan teh hijau tanpa kuminta terlebih dahulu. Ternyata selama ini anakku adalah Iblis laknat yang merusak semuanya. Roni pun berkata pada akhir suratnya, bahwa ia tidak lagi akan pulang ke rumah, ia malu dan merasa bersalah. Membaca surat itu, aku merasa benci sekali! Ya, “Kamu bukan anakku!”, Kurobek dan kubakar surat itu. Sebulan kemudian, tepat saat dua minggu sebelum suamiku pulang, aku merasa pusing dan mual. Ya Tuhan, masa sih aku hamil!? Tidak! Ini tidak mungkin!! Aku pun memastikan dengan membeli dan menggunakan tes kehamilan, berdebar-debar aku melihat hasilnya. ASTAGHFIRULLAH! Aku positif hamil! Tidak! Aku menggandung anak dari anakku sendiri! Aku pun lemas dan sempat sedikit pingsan. Aku menangis tiada henti-hentinya. Apa yang harus kukatakan pada suamiku nanti? Apa yang akan tetangga bilang jika tahu aku ini seorang bu Haji yang hamil hasil hubunganku dengan anak kandungku sendiri? Apa yang akan terjadi! Apa lebih baik aku mati saja!! Tidak aku tidak mau mati! Itu dosa! Lalu, saat suamiku pulang, aku tutupi semuanya yang telah terjadi selama tiga bulan ini. Aku pura-pura menangis karena Roni belum pulang-pulang sudah dua minggu. Lalu aku dan suami sempat lapor ke polisi. Di tengah-tengah itu, aku juga pura-pura merasa kangen dengan kedatangan suamiku dan mengajaknya melakukan hubungan suami istri sesering dari biasanya. Suamiku heran, namun ia maklum, ya yang pikirnya, biasanya aku dan dia berhubungan seminggu sekali, ini tidak melakukannya dalam tiga bulan lamanya. Sudah pasti wajar jika aku selalu minta berhubungan terus. Dua minggu setelahnya, aku mengaku hamil. Suamiku kaget, loh, khan menggunakan kondom? Kok bisa. Aku bilang saja, mungkin saja jebol. Khan wajar karena kondom tidak akurat 100%. Suamiku pun mengangguk setuju. Cuma ia hanya khawatir apakah aku tidak apa-apa umur segini hamil lagi. Akupun meyakinkan dia tidak apa-apa, walaupun hatiku meringis dan menangis karena mengingat bayi ini hasil hubunganku dengan anakku. Tidak! Anakku yang memperkosa aku!!! “Ma”, sapaan suamiku menyadarkan aku dari lamunanku tentang masa lalu. Aku lihat suamiku sudah siap berangkat ke masjid. “Ma, aku pergi ke masjid dulu ya, mama biar jaga si kecil yah”, pamitnya. “Iya pa”, jawabku. Ya, si kecil ini telah lahir ke dunia. Saat ini ia berada di pangkuanku. Kuperhatikan wajahnya. Mirip sekali dengan Roni, anakku… Oh bukan… Ayah dari anakku.
Affair Dengan Teman Suamiku Yang Ganteng
Sebut saja nama ku Sinta, wanita umur 28 thn dan orang-orang bilang bentuk tubuhku amatlah proposional, tinggi 170 cm berat 55kg dan ukuran buah dada 34B, ditunjang wajah cantik (itu juga orang-orang yang bilang) dan kulit putih cerah. Sebelumnya aku memang sering bekerja menjadi SPG pada pameran mobil dan banyak orang mengelilingi mobil yang aku pamerkan bukan utk melihat mobil tetapi untuk melihatku. Menikah dengan Roni, 30 thn, seorang pekerja sukses. Kami memang sepakat utk tidak punya anak terlebih dahulu dan kehidupan seks kami baik-baik saja, Roni dapat memenuhi kebutuhan seks ku yang boleh dibilang agak hyper..sehari bisa minta 2 sesi pagi sebelum Roni berangkat kerja dan malam sebelum tidur. Dan cerita ini berawal dari kesuksesan Roni bekerja di kantornya dan mendapat kepercayaan dari sang atasan yang sangat baik. Kepercayaan ini membuat dia sering harus bekerja overtime, pada awalnya aku bisa menerima semua itu tetapi kelamaan kebutuhan ini harus dipenuhi juga dan itulah yang membuat kami sering bertengkar karena kadang Roni harus berangkat lebih pagi dan lewat tengah malam baru pulang. Dan mulailah cerita ini ketika Roni mendapat tanggung jawab untuk menangani suatu proyek dan dia dibantu oleh rekan kerjanya Bram dari luar kota. Pertama diperkenalkan Bram langsung seperti terkesima dan sering menatapku, hal itu membuatku risih. Bram cukup tampan gagah dan kekar. Karena tuntutan pekerjaan dan efisiensi, kantor Roni memutuskan agar Bram tinggal di rumah kami utk sementara. Dan memang mereka berdua sering bekerja hingga larut malam di rumah kami. Bram tidur di kamar persis di seberang kamar kami. Sering di malam hari aku berpamitan tidur matanya yang nakal suka mencuri pandang diantara sela-sela baju tidur yang aku kenakan. Aku memang senang tidur bertelanjang agar jika Roni datang bisa langsung bercinta. Pernah suatu saat ketika pagi hari kami aku dan Roni bercinta di dapur waktu masih pagi sekali dengan posisiku duduk di meja dan Roni dari depan, tiba-tiba Bram muncul dan melihat kami, dia menempelkan telunjuk dimulutnya agar aku tidak menghentikan kegiatan kami, karena kami sedang dalam puncaknya dan Roni yang membelakangi Bram dan aku juga tidak tega menghentikan Roni, akhirnya ku biarkan Bram melihat kami bercinta tanpa Roni sadari hingga kami berdua orgasme. Dan aku tahu Bram melihat tubuh telanjangku ketika Roni melepaskan penisnya dan terjongkok di bawah meja. Setelah kejadian itu Bram lebih sering memperhatikan tiap lekuk tubuhku. Sampai suatu waktu ketika pekerjaan Roni benar2 sibuk sehingga hampir seminggu tidak menyentuhku. Di hari Jum’at kantor tempat Roni bekerja mengadakan pesta dinner bersama di rumah atasan Roni . Rumahnya terdiri dari dua lantai yang sangat mewah di lantai 2 ada semacam galeri barang2 antik. Kami datang bertiga dan malam itu aku mengenakan pakaian yang sangat seksi, gaun malam warna merah yang terbuka di bagian belakang dan hanya dikaitkan di belakang leher oleh kaitan kecil sehingga tidak memungkinkan memakai BH, bagian bawahpun terdapat sobekan panjang hingga sejengkal di atas lutut, malam itu saya merasa sangat seksi dan Bram pun sempat terpana melihatku keluar dari kamar. Sebelum berangkat aku dan Roni sempat bercinta di kamar dan tanpa sepengetahuan kami ternya Bram mengintip lewat pintu yang memang kami ceroboh tidak tertutup sehingga menyisakan celah yang cukup untu melihat kami dari pantulan cermin, sayangnya karena letih atau terburu-buru mau pergi Roni orgasme terlebih dahulu dan aku dibiarkannya tertahan. Dan Bram mengetahui hal itu. Malam itu ketika acara sangat ramai tiba-tiba Roni dipanggil oleh atasannya untuk diperkenalkan oleh customer. Roni berkata padaku untuk menunggu sebentar, sambil menunggu aku ke lantai 2 untuk melihat barang2 antik, di lantai 2 ternyata keadaan cukup sepi hanya 2-3 orang yang melihat-lihat di ruangan yang besar itu. Aku sangat tertarik oleh sebuah cermin besar di pojokan ruangan, tanpa takut aku melihat ke sana dan mengaguminya juga sekaligus mengagumi keseksian tubuhku di depan cermin, tanpa ku sadari di sampingku sudah berada Bram . “Udah nanti kacanya pecah lho..cakep deh..!”, canda Bram “Ah bisa aja kamu Bram”,balasku tersipu. Setelah berbincang2 di depan cermin cukup lama Bram meminta tolong dipegangkan gelasnya sehingga kedua tanganku memegang gelasnya dan gelasku. “Aku bisa membuat kamu tampak lebih seksi”,katanya sambil langsung memegang rambutku yang tergerai dengan sangat lembut. Tanpa bisa mengelak dia telah menggulung rambutku sehingga menampak leherku yang jenjang dan mulus dan terus terang aku seperti terpesona oleh keadaan diriku yang seperti itu. dan memang benar aku terlihat lebih seksi. Dan saat terpesona itu tiba-tiba tangan Bram meraba leherku dan membuatku geli dan detik berikutnya Bram telah menempelkan bibirnya di leher belakangku, daerah yang paling sensitif buatku sehingga aku lemas dan masih dengan memegang gelas Bram yang telah menyudutkanku di dinding dan menciumi leherku dari depan. “Bram apa yang kamu lakukan..lepaskan aku Bram..lepas..!”,rontaku tapi Bram tahu aku tidak akan berteriak di suasana ini karena akan mempermalukan semua orang. Bram terus menyerangku dengan kedua tanganku memegang gelas dia bebas meraba buah dadaku dari luar dan terus menciumi leherku, sambil meronta-ronta aku merasakan gairahku meningkat, apalagi saat tiba- tiba tangan Bram mulai meraba belahan bawah gaunku hingga ke selangkanganku. “Bram..hentikan Bram aku mohon..tolong Bram..jangan lakukan itu..”,rintihku, tapi Bram terus menyerang dan jari tengah tangannya sampai di bibir vaginaku yang ternyata telah basah karena serangan itu. Dia menyadari kalau aku hanya mengenakan G-string hitam dengan kaitan di pinggirnya, lalu dengan sekali sentakan dia menariknya dan terlepaslah G-stringku. Aku terpekik pelan apalagi merasakan ada benda keras mengganjal pahaku. Ketika Bram sudah semakin liar dan akupun tidak dapat melepaskan, tiba-tiba terdengar suara Roni memanggil dari pinggir tangga yang membuat pegangan himpitan Bram terlepas, lalu aku langsung lari sambil merapikan pakaian ku menuju Roni yang tidak melihat kami dan meninggalkan Bram dengan G-string hitamku. Aku sungguh terkejut dengan kejadian itu tapi tanpa disadari aku merasakan gairah yang cukup tinggi merasakan tantangan melakukan di tempat umum walau dalam kategori diperkosa. Ternyata pesta malam itu berlangsung hingga larut malam dan Roni mengatakan dia harus melakukan meeting dengan customer dan atasannya dan dia memutuskan aku untuk pulang bersama Bram. Tanpa bisa menolak akhirnya malam itu aku diantar Bram, diperjalanan dia hanya mengakatakan “Maaf Sinta..kamu sungguh cantik malam ini.” Sepanjang jalan kami tidak berbicara apaun. Hingga sampai dirumah aku langsung masuk ke dalam kamar dan menelungkupkan diri di kasur, aku merasakan hal yang aneh antara malu aku baru saja mengalami perkosaan kecil dan perasaan malu mengakui bahwa aku terangsang hebat oleh serangan itu dan masih menyisakan gairah. Tanpa sadar ternyata Bram telah mengunci semua pintu dan masuk ke dalam kamarku, aku terkejut ketika mendengar suaranya’, “Sinta aku ingin mengembalikan ini”‘ katanya sambil menyerahkan G-stringku berdiri dengan celana pendek saja, dengan berdiri aku ambil G-stringku dengan cepat, tapi saat itu juga Bram telah menyergapku lagi dan langsung menciumiku sambil langsung menarik kaitan gaun malamku, maka bugilah aku diahadapannya. Tanpa menunggu banyak waktu aku langsung dijatuhkan di tempat tidur dan dia langsung menindihku. Aku meronta- ronta sambil menendang- nendang?”Bram..lepaskan aku Bram..ingat kau teman suamiku Bram..jangan..ahh..aku mohon”, erangku ditengah rasa bingung antara nafsu dan malu, tapi Bram terus menekan hingga aku berteriak saat penisnya menyeruak masuk ke dalam vaginaku, ternyata dia sudah siap dengan hanya memakai celana pendek saja tanpa celana dalam. “Ahhhh?Braam..kau..:’ Lalu mulailah dia memompaku dan lepaslah perlawananku, akhirnya aku hanya menutup mata dan menangis pelan..clok..clok..clok..aku mendengar suara penisnya yang besar keluar masuk di dalam vaginaku yang sudah sangat basah hingga memudahkan penisnya bergerak. Lama sekali dia memompaku dan aku hanya terbaring mendengar desah nafasnya di telingaku, tak berdaya walau dalam hati menikmatinya. Sampai kurang lebih satu jam aku akhirnya melenguh panjang “Ahhh?..” ternyata aku orgasme terlebih dahulu, sungguh aku sangat malu mengalami perkosaan yang aku nikmati. Sepuluh menit kemudian Bram mempercepat pompaannya lalu terdengar suara Bram di telingaku “Ahhh..hmmfff?” aku merasakan vaginaku penuh dengan cairan kental dan hangat sekitar tiga puluh deti kemudian Bram terkulai di atasku. “Maaf Sinta aku tak kuasa menahan nafsuku..”bisiknya pelan lalu berdiri dan meninggalkanku terbaring dan menerawang. hinga tertidur Aku tak tahu jam berapa Roni pulang hingga pagi harinya. Esok paginya di hari sabtu seperti biasa aku berenang di kolam renang belakang,, Roni dan Bram berpamitan untuk nerangkat ke kantor. Karena tak ada seorang pun aku memberanikan diri untuk berenang tanpa pakaian. Saat asiknya berenang tanpa disadari, Bram ternyata beralasan tidak enak badan dan kembali pulang, karena Roni sangat mempercayainya maka dia izinkan Bram pulang sendiri. Bram masuk dengan kunci milik Roni dan melihat aku sedang berenang tanpa pakaian. Lalu dia bergerak ke kolam renag dan melepaskan seluruh pakaiannya, saat itulah aku sadari kedatangannya, “Bram..kenapa kau ada di sini?” tanyaku, “Tenang Sinta suaimu ada di kantor sedang sibuk dengan pekerjaannya”, aku melihat tubuhnya yang kekar dan penisnya yang besar mengangguk angguk saat dia berjalan telanjang masuk ke dalam kolam “Pantas sajaku semalam vaginaku terasa penuh sekali”‘pikirku. Aku buru-buru berenang menjauh tetai tidak berani keluar dr dalam kolam karena tidak mengenakan pakaian apapun juga. Saat aku bersandar di pingiran sisi lain kolam, aku tidak melihat ada tanda2 Bram di dalam kolam. Aku mencari ke sekeliling kolam dan tiba-tiba aku merasakan vaginaku hangat sekali, ternyata Bram ada di bawah air dan sedang menjilati vaginaku sambil memegang kedua kakiku tanpa bisa meronta. Akhirnya aku hanya bisa merasakan lidahnya merayapai seluruh sisi vaginaku dan memasuki liang senggamaku..aku hanya menggigit bibir menahan gairah yang masih bergelora dari semalam. Cukup lama dia mengerjai vaginaku, nafasnya kuat sekali pikirku. Detik berikutnya yang aku tahu dia telah berada di depanku dan penisnya yang besar telah meneyruak menggantian lidahnya? “Arrgghh..” erangku menahan nikmat yang sudah seminggu ini tidak tersentuh oleh Roni. Akhirnya aku membiarkan dia memperkosaku kembali dengan berdiri di dalam kolam renang. Sekarang aku hanya memeluknya saja dan membiarkan dia menjilati buah dadaku sambil terus memasukan penisnya keluar masuk. Bahkan saat dia tarik aku ke luar kolam aku hanya menurutinya saja, gila aku mulai menikamti perkosaan ini, pikirku, tapi ternyata gairahku telah menutupi kenyataan bahwa aku sedang diperkosa oleh teman suamiku. Dan di pinggir kolam dia membaringkanku lalu mulai menyetubuhi kembai tubuh mulusku..”Kau sangat cantik dan seksi Sinta..ahh” bisiknya ditelingaku. Aku hanya memejamkan mata berpura-pura tidak menikmatinya, padahal kalau aku jujur aku sangat ingin memeluk dan menggoyangkan pantatku mengimbangi goyangan liarnya. Hanya suara eranggannya dan suara penisnya maju mundur di dalam vaginaku, clok..clok..clep..dia tahu bahwa aku sudah berada dalam kekuasaannya. Beberapa saat kemudian kembali aku yang mengalami orgasme diawali eranganku “Ahhh..” aku menggigit keras bibirku sambil memegang keras pinggiran kolam, “Nikmati sayang?”demikian bisiknya menyadari aku mengalami orgasme. Sebentar kemudian Bram lah yang berteriak panjang, “Kau hebat Sinta..aku cinta kau..AAHHH..HHH” dan aku merasakan semburan kuat di dalam vaginaku. Gila hebat sekali dia bisa membuatku menikmatinya pikirku. Setelah dia mencabut penisnya yang masih terasa besar dan keras, aku reflek menamparnya dan memalingkan wajahku darinya. Aku tak tahu apakah tamparan itu berarti kekesalanku padanya atau karena dia mencabut penisnya dari vaginaku yang masih lapar. Setelah Roni pulang herannya aku tidak menceritakan kejadian malam lalu dan pagi tadi, aku berharap Roni dapat memberikan kepuasan padaku. Dengan hanya menggenakan kimono dengan tali depan aku dekati Roni yang masih asik di depan komputernya di dalam kamar, lalu aku buka tali kimonoku dan kugesekan buah dadaku yang besar itu ke kepalanya dari belakang, berharap da berbalik dan menyerangku. Ternyta yang kudapatkan adalah bentakannya “Sinta..apakah kamu tak bisa melihat kalau aku sedang sibuk? Jangan kau ganggu aku dulu..ini untuk masa depan kita” teriaknya keras. Aku yakin Bram juga mendengar teriakannya. Aku terkejut dan menangis, lalu aku keluar kamar dengan membanting pintu, lalu aku pergi ke pinggir kolam dan duduk di sana merenung dan menahan nafsu. Dari kolam aku bisa melihat bayangan di Roni di depan komputer dan lampu di kamar Bram. Tampak samar-samar Bram keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Karena di luar gelap tak mungkin dia melihatku. Tanpa sadar aku mendekat ke jendelanya dan memperhatikan Bram mengeringkan tubuh. Gila kekar sekali tubuhnya dan yang menarik perhatianku adalah penisnya yang besar dan tegang mengangguk- angguk bergoyang sekanan memanggilku. Aku malu sekali mengagumi dan mengaharapkan kembali penis itu masuk ke dalam vaginaku yang memang masih haus. Perlahan aku membelai-belai vaginaku hingga terasa basah, akhirnya aku memutuskan untuk memintanya pada Bram, dengan hati yang berdebar kencang dan nafsu yang sudah menutupi kesadaran, aku nekat masuk ke dalam kamar Bram dan langsung mengunci pintu dari dalam. Bram sangat terkejut “Sinta..apa yang kamu lakukan?”, aku hanya menempelkan telunjuk di bibirku dan memberi isyarat agar tidak bersuara karena Roni ada di kamar seberang. Langsung aku membuka pakaian tidurku dan terpampanglah tubuh putih mulusku tanpa sehelai benagpun di hadapannya, Bram hanya terperangah dan menatap kagum pada tubuhku. Bram tersenyum sambil memperlihatkan penisnya yang semakin membesar dan tampak berotot. Dengan segera aku langsung berlutut di hadapannya dan mengulum penisnya, Bram yang masih terkejut dengan kejadian ini hanya mendesah perlahan merasakan penisnya aku kulum dan hisap dengan nafsuku yang sudah memuncak. Sambil mulutku tetap di dalam penisnya aku perlahan naik ke atas tempat tidur dan menempatkan vaginaku di mulut Bram yang sudah terbaring, dia mengerti maksudku dan langsung saja lidahnya melahap vaginaku yang sudah sangat basah, cukup lama kami dalam posisi itu, terinat akan Roni yang bisa saja tiba- tiba datang aku langsung mengambil inisiatif untuk merubah posisi dan perlahan duduk di atas penisnya yang sudah mengacung tegang dan besar panjang. Perlahan aku arahkan dan masukan ke dalam lubang vaginaku, rasanya berbeda dengan saat aku diperkosanya, perlahan tapi pasti aku merasaskan suatu sensasi yang amat besar sampai akhirnya keseluruhan batang penis Bram masuk ke dalam vaginaku “Ahh..sssfff..Braaam!” erangku perlahan menahan suara gairahku agar tidak terdengar, aku merasakan seluruh penisnya memenuhi vaginaku dan menyentuh rahimku. Sungguh suatu sensasi yang tak terbayangkan, dan sensasi itu semakin bertambah saat aku mulai menggoyangkan pantatku naik turun sementara tangan Bram dengan puasnya terus memainkan kedua buah dadaku memuntir-muntir putingku hingga berwarna kemerahan dan keras “ahh..ahh..” demikian erangan kami perlahan mengiringi suara penisnya yan keluar masuk vaginaku clok..clok..clok? Tak tahan dengan nafsunya mendadak Bram duduk dan mengulum buah dadaku dengan rakusnya bergantian kiri kanan bergerak ke leher dan terus lagi. Aku sungguh tak dapat menahan gairah yang selama ini terpendam. Mungkin karena nafsu yang sudah sangat tertahan atau takut Roni mendengar tak kuasa aku melepaskan puncak gairahku yang pertama sambil mendekap erat Bram dan menggigit pundaknya agar tidak bersuara, kudekap erta Bram seakan tak dapat dilepaskan mengiringi puncak orgasmeku. Bram merasakan penisnya disiram cairan hangat dan tahu bahwa aku mengalami orgasme dan membiarkanku mendekapnya sangat erat sambil memelukku dengan belaian hangatnya. Selesai aku orgasme sekiat 30 detik, Bram membalikan aku dengan penisnya masih tertancap di dalam vaginaku. Bram mulai mencumbuku dengan menjilati leher dan putingku perlahan, entah mengapa aku kembali bernafsu dan membalas ciumannya denga mesra, lidah kami saling berpagutan dan Bram merasakan penisnya kembali dapat keluar masuk dengan mudah karena vaginaku sudah kembali basah dan siap menerima serangan berikutnya. Dan Bram langsung memompa penisnya dengan semangat dan cepat membuat tubuhku bergoyang dan buah dadaku bergerak naik turun dan sungguh suara yang timbul antara erangan kami berdua yang tertahan derit tempat tidur dan suara penisnya keluar masuk di vaginaku kembali membakar gairahku dan aku bergerak menaik turunkan pantatku untuk mengimbangi Bram. Dan benar saja 10 menit kemudian aku sampai pada puncak orgasme yang kedua, dengan meletakan kedua kakiku dan menekan keras pantatnya hingga penisnya menyentuh rahimku. Kupeluk Bram dengan erat yang membiarkan aku menikmati deburan ombak kenikmatan yang menyerangku berkali-kali bersamaan keluarnya cairanku. Kugigit bibirku agar tidak mengeluarkan suara, cukup lama aku dalam keadaan ini dan anehnya setelah selesai aku berada dalam puncak ternyata aku sudah kembali mengimbangi gerakan Bram dengan menaik turunkan pantatku. Saat itulah kudengar pintu kamarku terbuka dan detik berikutnya pintu kamar Bram diketuk Roni, “Bram..kau sudah tidur?”, demikian ketuk Roni. Langsung saja Bram melepaskan pelukannya dan menyuruhku bersembunyi di kamar mandi. Sempat menyambar pakaian tidurku yang tergeletak di lantai aku langsung lari ke kamar mandi dan mengunci dari luar. Sungguh hatiku berdebar dengan kerasnya membayangkan apa jadinya jika aku ketahuan suamiku. Bram dengan santai dan masih bertelanjang membuka pintu dan mengajak Roni masuk, Roni sempat terkejut melihat Bram telanjang,”Sedang apa kamu Bram” tanpa curiga dengan tempat tidur yang berantakan yang kalau diperhatikan dari dekat ada cairan kenikmatanku. Bram hanya tersenyum dan mengatakan,”Mau tau aja..” Dasar Roni dia langsung membicarakan suatu hal pekerjaan dan mereka terlibat pembicaraan itu. Kurang lebih sepuluh menit mereka berbicara dan sepuluh menit juga hatiku sungguh berdebar-debar tapi anehnya dengan keadaan ini nafsuku sungguh semakin menjadi-jadi. Setelah Roni keluar, Bram kembali mengunci pintu kamar dan mengetuk kamar mandi perlahan,”Sinta buka pintunya..sudah aman”. Begitu aku buka pintunya Bram langsung menarik aku dan mendudukanku di meja dekat kamar mandi, langsung saja dibukanya kedua kakiku dan bless penisnya kembali memenuhi vaginaku “Ahhh..ahh..” erangan kami berdua kembali terdengar perlahan sambil terus menggoyangkan pantatnya maju mundur Bram melahap buah dadaku dan putingku. Sepuluh menit berlalu dan goyang Bram semakin cepat sehingga aku tahu dia akan mencapai puncaknya, dan akupun merasakan hal yang sama “Braaam lebih cepat sayang aku sudah hampir keluar..” desahku “Tahan sayang kita bersamaan keluarnya”, dan benar saja saat kurasakan maninya menyembur deras dalam vaginaku aku mengalami orgasme yang ketiga dan lebih hebat dari yang pertama dan kedua, kami saling berpelukan erat dan menikmati puncak gairah itu bersamaan. “Braaammm..,” desahku tertahan. “Ahhh Sinta..kau hebat..” demikian katanya. Akhirnya kami saling berpelukan lemas berdua, sungguh suatu pertempuran yang sangat melelahkan. Saat kulirik jam ternyata sudah dua jam kami bergumul. “Terima kasih Bram..kau hebat..” kataku dengan kecupan mesra dan langsung memakai pakaian tidurku kembali dan kembali ke kamarku. Roni tidak curiga sama sekali dan tetap berkutat dengan komputernya dan tidak menghiraukanku yang langsung berbaring tanpa melepas pakaianku seperti biasanya karena aku tahu ada bekas ciuman Bram di sekujur buah dadaku. Malam itu aku merasa sangat bersalah pada Roni tapi di lain sisi aku merasa sangat puas dan tidur dengan nyenyaknya. Esoknya seperti biasa di hari Minggu aku dan Roni berenang di pagi hari tetapi mengingat adanya Bram, kami yang biasanya berenang bertelanjang akhirnya memutuskan memakai pakaian renag, aku syukuri karena hal ini dapat menutupi buah dadaku yang masih memar karena gigitan Bram. Saat kami berenang aku menyadari bahwa Bram sedang menatap kami dari kamarnya. Dan saat Roni sedang asyik berenang kulihat Bram memanggilku dengan tangannya dan yang membuat aku terkejut dia menunjukan penisnya yang sudah mengacung besar dan tegang. Seperti di hipnotis aku nekat berjalan ke dalam.”Ron aku mau ke dalam ambil makanan ya..!” kataku pada Roni, dia hanya mengiyakan sambil terus berenang, Roni memang sangat hobi berenang bisa 2 jam nonstop tanpa berhenti. Aku dengan tergesa masuk ke dalam dan menuju kamar Bram. Di sana Bram sudah menunggu dan tak sabar dia melucuti pakain renangku yang memang hanya menggunakan tali sebagai pengikatnya. “Gila kamu Bram..bisa ketahuan Roni lho,” protesku tanpa perlawanan karena aku sendiri sangat bergairah oleh tantangan ini. dan dengan kasar dia menciumi punggungku sambil meremas buah dadaku “Tapi kamu menikmatinya khan?!,” goda Bram sambil mencium leher belakangku. Dan aku hanya mendesah menahan nikmat dan tantangan ini. Yang lebih gila Bram menarikku ke jendela dan masih dari belakang dia meremas- remas buah dadaku dan meciumi punggung hingga pantatku, “Gila kau Bram, Roni bisa melihat kita,” tapi anehnya aku tidak berontak sama sekali dan memperhatikan Roni yang benar-benar sangat menikamti renangnya. Di kamar Bram pun aku sangat menikmati sentuhan Bram. “Sinta kamu suka ini khan?” tanyanya sambil dengan keras menusukan penisnya ke dalam vaginaku dari belakang. “AHH..Bram..” teriakku kaget dan nikmat, sekarang aku berani bersuara lebih kencang karena tahu Roni tidak akan mendengarnya. Langsung saja Bram memaju mundurkan penisnya di vaginaku..”Ahh.. Bram lebih kencang..fuck me Bram..puaskan aku Bram..penismu sungguh luar biasa..Bram aku sayang kamu..” teriakku tak keruan dengan masih memperhatikan Roni. Bram mengimbangi dengan gerakan yang liar hingga vaginaku terasa lebih dalam lagi tersentuh penisnya dengan posisi ini,”Sinta..khhaau hhebat..” desahnya sambil terus menekanku, kalau saja Roni melihat sejenak ke kamar Bram maka dia akn sangat terkejut meilhat pemandangan ini, istrinya sedang bercinta dengan rekan kerjanya. Ternyata kami memang bisa saling mengimbangi, kali ini dalam waktu 20 menit kami sudah mencapai puncak secara bersamaan “Teruuus Bram lebih khheeenncang..ahhhh aku keluar Braaaaam”, teriaku. “Aaakuu juga Tyyaaasss..nikkkkmat ssekali mmmeemeekmu..aahhhhh.” teriaknya bersamaan dengan puncak kenikmatan yang datang bersamaan. Setelah itu aku langsung mencium bibirnya dan kembali mengenakan pakaian renangku dan kembali berenang bersama Roni yang tidak menyadari kejadian itu. Setelah itu hari-hari berikutnya sungguh mendatangkan gairah baru dalam hidupku dengan tantangan bercinta bersama Bram. Pernah suatu saat ketika akhirnya Roni mau bercinta denganku di suatu malam hingga akhirnya dia tertidur kelelahan, aku hendak mengambil susu di dapur dan karena sudah larut malam aku nekat tidak mengenakan pakaian apapun. Saat aku membungkuk di depan lemari es sekelebat ku lihat bayangan di belakangku sebelum aku menyadari Bram sudah di belakangku dan langsung menubruku dari belakang. Penisnya langsung menusuk vaginaku yang membuatku hanya tersedak dan menahan nikmat tiba-tiba ini. Kami bergumul di lantai dapur lalu dia mengambil kursi dan duduk di atasnya sambil memangku aku, “Bram kamu nakal” desahku yang juga menikmatinya dan kami bercinta hingga hampir pagi di dapur. Sungguh bersama Bram kudapatkan gairah terpendamku selama ini. Akhirnya ketika proyek kantor Roni selesai Bram harus pergi dari rumah kami dan malam sebelum pergi aku dan Bram menyempatkan bercinta kembali
Cleaning Service
Peluang kadang-kadang datangnya tidak bisa diduga. Aku sudah lebih dari 10 tahun bekerja di kantor ini, tapi baru saja aku menemukan peluang yang sama sekali tidak aku sangka. Ceritanya begini. Sejak anakku masuk SMP, aku terpaksa mengantar sendiri dia kesekolah pagi-pagi. Sekolahnya lumayan jauh dari rumah, berjarak sekitar 45 menit. Aku setiap hari harus bangun pagi sekali agar aku bisa sampai ke sekolah anakku sekitar jam 7 kurang 10, karena sekolah dimulai jam 7 tepat. Dari mengantar sekolah aku tidak mungkin lagi kembali ke rumah, karena aku harus sampai di kantor jam 9. Jarak sekolah dengan kantorku sekitar 10 menit perjalanan. Jadi setiap pagi aku sudah berada di kantor jam 7 pagi. Kantorku menempati gedung bertingkat. Setiap aku sampai kantor, yang pertama aku lakukan adalah buang air kecil. Kebiasaanku setiap hari meminum air putih sekitar 1,5 liter pada saat menjelang berangkat dari rumah, sehingga sesampai di kantor aku sangat tersesak kencing. Ini aku lakukan merupakan terapi air putih untuk kesehatan. Sering kali ketika aku akan kencing, wc sedang dibersihkan oleh petugas cleaning service. Biasanya aku tahan sebentar sambil menunggu wc rampung dibersihkan. Masalahnya yang membersihkan petugas cleaning servicenya adalah cewek, jadi aku agak segan juga. Suatu hari aku sudah sangat tersesak kencing. Rasanya menunggu Yani, begitu nama petugas cleaning service, merampung kerjanya tidak mungkin. Aku akhirnya menerobos saja lalu membuka celana dan langsung memancurkan air yang menyesak akan keluar. Pada saat itu Yani sedang mengepel lantai di bagian ujung WC sehingga dia tidak sempat keluar. Sebab jika keluar harus melalui tempatku berdiri. Maklum WCnya tidak terlalu luas. Aku berpikir, toh dia tidak bisa melihat karena posisinya agak dibelakangku. Seandainya ada orang juga kencing di sebelahku juga nggak bakal bisa melihat. Masalahnya nggak enak saja kencing sementara disitu ada cewe. Yani sudah lama aku kenal. Dia sering aku mintai tolong untuk membeli makan siang di warung yang banyak terdapat di depan gedung. Tentu saja ada ongkos aku berikan, yang kadang-kadang ongkosnya sama atau kalau dibulatkan menjadi lebih besar dari harga pesananku. Jadinya dia memang akrab denganku. Yani umurnya masih sekitar 18 tahun. Dia drop out dari SMA kelas 2. Jika mengenakan seragam cleaning service, dia tidak terlihat sexy, tetapi jika memakai jeans dan kaus, kelihatan pahanya yang gempal dan susunya yang menggembung. “Sorry ya yan gue nggak tahan kebelet banget nih,” kataku. “Ah gak pa pa pak , nggak kelihatan kok,” katanya. “Ah kelihatan juga nggak apa-apa juga,” kataku menggoda sambil melampiaskan kencingku yang sangat mendesak. “Ih Bapak genit ah, “katanya sambil terus membersihkan lantai. “udah pernah liat apa belum,” tanyaku menggoda lagi. “Aslinya ya belum lah pak, kalau di film sudah beberapa kali. “Sini deh kalau pengen liat, yang asli,” kataku. “Ah bapak ….., saya malu ah,” katanya. “Lho yang malu emang harusnya siapa, kamu kok jadi kebalik.” kataku. “Emang Bapak gak malu,” jawabnya sambil mendekat. Rupanya ada juga keinginan dia melihat wujud asli alat paling rahasia seorang pria. “Ih kok kecil ya pak, di film-film kayaknya gede banget,” kata yani sambil mengintai barangku dari samping. “Ya iyalah, yang difilm itu kan barangnya orang bule dan negro yang badannya gede, lagian barangnya kan siap tempur, lha ini dia lagi males karena sedang mancur dan lagi orang Indonesia kan gak segede orang barat,” kataku. “ O gitu ya pak,” katanya Pembicaraan singkat itu membuat barangku pelan-pelan memuai. Aku kencing memang cukup lama karena yang dikeluarkan rasanya memang banyak sekali. Yani masih memperhatikan barangku. Dia tidak malu-malu lagi karena dia mengambil posisi yang lebih jelas untuk melihat. Setelah semua keluar aku mencuci ujung penisku dengan air yang mancur keluar dari toilet. Yani masih antusias melihat barangku. “Bentuknya lucu pak, kaya pakai topi,” katanya. “Kalau mau pegang, boleh kok, pegang aja.” Kataku. Yani tidak punya keberanian menjangkau barangku. Ku pegang tangannya dan kubimbing ke arah penisku. Mulanya dia malu sehingga tangannya agak dikakukan, tetapi karena aku tarik terus akhirnya dia melemas. Tangannya kubekapkan ke penisku yang sudah berdiri sempurna. Kuremas tangannya agar dia juga meremas barangku. Dia meremas dan aku merasakan nikmat. “ Idih kok keras dan anget gini sih Pak,” katanya. Aku tidak menjawab karena menikmati sensasi remasan Yani. “Udah ah pak nanti saya gak kerja-kerja,” katanya mengakhiri remasan di penisku. Aku pun menutup resleting dan keluar wc menuju meja kerjaku. Sepagi ini belum ada pegawai yang datang. Aku puas menikmati sensasi pagi. Sambil menunggu pegawai lainnya datang, aku browsing di internet sambil berkhayal untuk lebih jauh dengan Yani. Dalam benakku berkecamuk, dia cleaning service, sementara aku dikantor ini cukup punya jabatan yang terpandang. Kalau misalnya aku ada affair dengan Yanti lalu terbongkar, wah malunya bukan main. Tapi dibalik itu, Yanti cukup menarik. Sejauh ini sudah lebih mudah mengolahnya untuk tindak lanjut. Wah gimana ya aku bingung juga. Seandainya saja dia bukan bekerja sebagai cleaning service di gedung tempat kantorku berada, aku pasti tidak pikir panjang mengarapnya. Hari berikutnya aku datang agak lebih pagi, karena jalanan agak longgar. Sesampai dikantor, Yani masih membersihkan ruang kerja. Melihat aku datang dan langsung menuju WC, Yani pun ikut pula masuk. “Pak penasaran pengen liat lagi, semalaman jadi kepikiran pak gara-gara Bapak sih,” katanya. Aku tentu saja membiarkan dia ikut masuk dan menonton barangku. Kali ini dia kusuruh memegangi batang penisku yang sedang mancur. Celana agak aku turunkan, sehingga tidak saja batang penis yang bebas, tetapi kantong menyan di bawahnya juga terbebas. Di pegang Yani penisku jadi memuai, dan kencing nya menjadi mengecil, sehingga penuntasannya jadi lebih lama. Selesai semua keluar aku ajarkan bagaimana mencuci sisa air seni di ujung penisku. Yani kelihatannya penasaran sekali, sehingga dia menurut saja perintahku. Lepas itu di sentuh-sentuh bagian kantong menyan. “ Pak ini apa kok empuk-empuk,” tanyanya. Aku jelaskan dan aku ingatkan agar dia tidak meremas kantong pelirku, karena rasanya sakit dan sengal, kalausempat dia remas bagian itu. Kantong pelirku ditimang-timangnya, lalu batangku di genggamnya. “ Ih gemes deh pak rasanya pengen ngremes aja,” kata Yani. Yani gadis yang agak agresif dan keingintahuannya cukup besar. Padahal dia belum pernah punya pacar. Pacaran di sekolah dulu hanya sekedar jalan bareng, nonton, tidak lebih dari itu. Jadi dia sebenarnya belum pernah dijamah laki-laki. Aku tidak bisa tinggal diam, tanganku menjamah susunya yang lumayan menggembung. Dari luar bajunya aku remas-remas. Yani kutarik dan kupeluk dari belakang. Tanganku dengan segera menyusup ke balik bajunya dan masuk ke dalam bhnya. Bongkahan susu yang empuk dan kenyal aku remas-remas. Terasa pentilnya yang masih kecil aku pelintir-pelintir. Puas meremas susunya tanganku yang satu lagi membuka celana panjangnya dan langsung menelusup ke balik celana dalamnya. Disana aku meraba bulu-bulu yang tidak terlalu lebat. Ketika jari tengahku menemukan celah belahan memeknya terasa ada lendir di rongganya. Kumainkan sebentar jari tengahku di rongganya lalu aku tekan-tekan clitorisnya. Yani mendesah-desah. Aku makin bersemangat, karena Yani kelihatannya sudah pasrah. Kugosok terus clitorisnya sekitar 5 menit sampai dia akhirnya mencapai orgasme. Setelah itu kami mengakhiri permainan dan kembali membenahi baju kami masing-masing. Akhirnya hampir setiap hari aku melakukan petting berat di wc dengan Yani. Aku sudah tidak perduli lagi soal statusku dibanding dengan status Yani. Apalagi di depan orang lain dia terlihat normal dalam berhubungan denganku. Yang membedakannya upah membeli makan siang, sekarang makin besar. Tapi itu atas kemauanku sendiri. Hubunganku dengan Yani tidak terendus sedikitpun oleh pegawai-pegawai di kantorku. Jadinya aku merasa aman-aman saja. Setelah acara petting berjalan beberapa waktu, aku penasaran untuk mendapatkan yang lebih. Pagi itu aku sengaja datang setengah jam dari biasanya. Yani ketika itu juga lagi menyapu ruang kerja. Kutarik dia masuk ke wc perempuan. Pegawai perempuan di lantai ini tidak terlalu banyak. Mereka biasanya baru muncul sekitar jam 10. Rasanya lebih aman bercumbu di wc perempuan. Aku tarik Yani masuk ke salah satu bilik wc perempuan. Toilet duduknya aku tutup dan aku segera menurunkan celanaku. Baju Yani aku buka kancingnya dan BHnya aku lepas. Sedangkan celananya aku lepas semuanya. Yani aku pangku berhadapan. Aku berusaha memasukkan penisku ke celah kemaluannya. Setelah posisinya tepat aku menarik Yani agar menurunkan badannya. Barangku perlahan-lahan ambles ke dalam rongga hangat kemaluan Yani. Pikiranku segera berproses. Rasanya dia sudah tidak perawan lagi, karena penisku tidak menemukan kesulitan berarti untuk tenggelam seluruhnya. Tapi nanti sajalah pertanyaan ini dicari jawabnya. Yani aku arah kan agar bergerak-gerak sehingga aku merasa penisku di remas-remas. Aku lalu bersandar ke toilet dan memberi ruang lebih leluasa bagi Yani. Dia bergerak mengikuti nalurinya sambil tangannya berstumpu di kedua pundakku. Sensasi hidden sex begini memang luar biasa nikmatnya. Payudaranya berguncang-guncang karena gerakan liar Yani. Gerakan susu yang cukup besar ini merupakan pemandangan yang sangat mempesona. Kami bermain sekitar 10 menit. Rasanya Yani sempat mencapai orgasme lalu menjelang aku orgasme aku buru-bur mencabut penis dari lubang nikmat. Meski dalam keadaan sange aku sadar bahwa jika dia hamil, karirku bisa hancur. Setelah kami menyelesaikan permainan dan masih berpelukan, aku tanyakan ke Yani, apakah dia sudah pernah melakukan seperti ini. Dia terus terang mengaku bahwa dia pernah dikerjai pamannya ketika dia masih kelas 2 SMP. Pamannya sempat 3 kali menggumulinya. Tapi kata Yani dia waktu itu tidak tau apa-apa. Aku manjadi terbiasa main dengan Yani di WC perempuan di pagi hari. Memang tidak tiap hari, tetapi seminggu paling tidak kami melakukannya 2 kali. Aku kemudian menjadi khawatir juga kalau Yani hamil. Melalui bidan kenalanku dia dipasangsi spiral. Asyiknya yani tidak malu-malu mengajakku main, jika di merasa ingin. Jadi rasanya lebih sering dia mengajak main dibanding aku. Yani memiliki nafsu yang cukup tinggi. Permainan satu ronde bagi dia masih belum cukup. Aku beberapa kali mengajaknya menginap di hotel. Kami melampiaskan hasrat sepuas-puasnya. Meskipun hubunganku dengan Yani sudah sangat jauh, tetapi dia tidak menuntut apa-apa dari ku. Bahkan di depan pegawai lain dia bersikap wajar. Aku yang tidak tega, sehingga kemudian aku memberi uang bulanan yang agak lebih besar dari gajinya. Sekitar setahun hubunganku dengan Yani, dia mengadu bahwa dia sudah punya cowok. Kata dia cowoknya cakep dan sudah kerja di asuransi. “Pak aku tiap malam main ama cowokku, abis kalau lagi kepengin kepalaku rasanya pening,” kata Yani. Permainan denganku masih terus sampai akhirnya dia menikah dengan cowoknya. Menjelang pernikahannya aku minta bidan temanku untuk mencabut spiralnya. Kata yani, cowoknya tidak tahu kalau dia pakai spiral.
Akhwat Penjaga Warnet
Malam semakin larut, dingin, karena langit terus mencurahkan air matanya sejak sore tadi, ditambah lagi ruangan itu ac menyala sedari pagi. Novi melirik jam di ujung kanan tampilan monitornya, sudah jam 3 dinihari.
Novi mulai merasakan kantuk menyerangnya, matanya mulai berat, tapi mengingat kewajibannya, dia tetap berusaha untuk menahan rasa kantuk itu. Sudah beberapa hari ini dia bekerja di sebuah warnet milik sepupunya yang buka selama 24 jam. Dan malangnya, Novi harus menjaga warnet itu saat malam hari.
awalnya ia enggan, tapi setelah diyakinkan oleh sepupunya bahwa warnet itu aman di malam hari, maka akhirnya Novi terpaksa menurutinya. Mau gimana lagi, Anto -sepupunya itu- itu bekerja malam hari disebuah pabrik di daerah bekasi, dan baru bisa menggantikannya menjaga net itu sepulang kerja sampai tengah hari, sedangkan Dimas yg biasa shift malam di net itu sedang pulang ke kampung halamannya.
Malam itu cuma ada seorang pemuda yang sedang main di warnet itu, usianya kira2 sebaya dengan calon suaminya di kampung. Sejak sore pemuda itu sudah datang dan memang sejak awal Novi bekerja di net tersebut, pemuda itu memang selalu datang sore hari dan baru pulang saat azan subuh berkumandang.
Dia sempat berpikir tentang apa kerja pemuda tersebut, karena dalam benaknya, tidak mungkin pemuda itu bekerja di siang hari karena malam harinya dia selalu bergadang di net ini. Tapi dia sadar, inilah kota besar, pemudanya tidak seperti di kampungnya yang biasa berada di masjid saat malam tiba. Dia merasa beruntung karena calon suaminya adalah seorang aktifis dakwah, sama seperti dirinya.
"Mbak, teh botol 1 ya?" Suara itu mengagetkannya.
"Oh, iya Mas, silahkan." Jawabnya
"Loh kuncinya mana Mba?"
"Oh, iya, ini Mas" Jawab Novi sambil menyerahkan kunci yang lupa diberikannya.
di Net tersebut, Lemari Es tempat penyimpanan minuman memang sengaja dikunci karena seringnya para user yg tidak bertanggung jawab mengambil minuman tanpa membayar saat sang operator sedang lengah.
Pikiran Novi kembali menerawang kepada sosok calon suaminya. Lelaki yg sebenarnya sudah lama dia kenal, tapi baru bisa dia dengar suaranya saat proses lamaran tepat 1 minggu sebelum Novi berangkat ke Jakarta untuk bekerja pada sepupunya pemilik warnet ini.
Dia sengaja bekerja di jakarta menjelang pernikahannya, Untuk menghindari hal2 yang tidak diinginkan, pikirnya.
Ya, dalam pikirannya,bisa saja mereka terjerumus di dalam dosa.. Wong yang mereka yg baru pacaran saja bisa melakukan hal2 nekad, apalagi dirinya yg sudah bertunangan. Walaupun dia yakin dia dan calon suaminya tak mungkin melakukan hal2 yg dilarang agama meskipun mereka sudah resmi bertunangan dan pelaksanaan akad nikahnya sendiri tinggal 2 minggu lagi. Intinya, 2 minggu itu masih mungkin terjadi hal2 yg tidak diinginkan olehnya.
"Tuh kan, bengong lagi, lagi mikirin apa seh, Mba?? tiba2 pemuda itu sudah berada di sampingnya lagi, dan lebih membuatnya kaget lagi.
"Eh, engga Mas, ada apa? Ada yg bisa saya bantu?" jawabnya tergagap
"Itu mba, tolong Share-in file yg ada di foldernya Dimas dong. Penting nih."
"Oh iya, sebentar ya" Novi pun meraih Mouse dan mencari folder yg dimaksud, tapi entah karena apa, pemuda tersebut tiba2 berkata "eh, maaf Mba, biar saya aja deh yg cari, gak enak sama mba, mba kesana aja dulu sebentar."
Novi jd bingung, dia pun melangkah sedikit menjauh, dalam hatinya, mungkin itu file rahasia yg tidak boleh dilihat oleh siapapun, kecuali oleh Dimas. Setelah beberapa saat, pemuda itu berdiri dan kembali mempersilahkan Novi duduk di bangku operator tersebut.
"Udah Mba, Makasih ya."ucapnya sambil berlalu meninggalkan NOvi.
Novi kembali menatap jam di pojok kanan bawah monitor, hampir 1/2 4. berarti, 1 jam lagi sepupunya pulang, dan dia bisa istirahat setelah sholat subuh di rumah pamannya yg kira2 berjarak 100 meter dari net itu.
tiba2 dia teringat sesuatu, tadi sore, sebelum berangkat Anto sempat memintanya untuk memindahkan file2nya ke folder baru. Setelah membuat folder baru,dia mulai mencari file2 milik Anto yg ternyata bertebaran dimana-mana,tak terasa, saat azan subuh pekerjaan itu baru selesai, benar2 si Anto itu, brantakan sekali sih orangnya.. PIkirnya dalam hati.
Tak lama, Anto masuk ke net, dia masih keliatan segar meskipun baru pulang kerja.
"Gimana Nov? Rame Gak?? " Tanyanya
"Cuma ada 1 orang, itu yg biasa main dari sore sampai pagi."
"Oh si Toni ya?" Biasa dia mah. Ya udah km sana istirahat."
"Iya, aku pulang dulu ya.. Novi pun mulai beranjak meninggalkan warnet menuju rumah sodaranya tersebut, keluarga saudaranya tersebut pasti belum pada bangun, yah mau gimana lg, dia hanya menumpang di rumah tersebut, mau bicara apa pun terasa tidak enak, untung saja dia diberi pegangan kunci cadangan, jd dia tak perlu membangunkan orang2 yg masih terlelap dalam tidurnya tersebut.
Esoknya
HUjan kembali turun sejak sore, dan kini ditambah dengan suara petir yg sesekali menggelagar di atas sana.
Lagi-lagi, sama seperti kemarin, cuma ada si pemuda yg bernama Toni di net itu.
Waktu menunjukkan pukul 1 dinihari ketika tiba2 saja listrik padam.
"Yah Mba, gimana neh??" Kata Toni setengah berteriak. Novi tidak menjawab apa2, dia sibuk mencari lilin untuk menerangi ruangan itu.
"Payah deh, lagi seru2nya pake mati lampu segala lagi," kata Toni yg sudah berdiri tak jauh dari Novi.
"Ada lilin, MBa??
"Ada ini baru ketemu, ini saya lg cari koreknya"
"OH, ini aja, saya ada korek kok."
sigap tangan Toni menyalakan korek dan mengarahkan apinya ke sumbu lilin yg disodorkan NOvi. Lalu lilin itu ditempatkan tak jauh dari meja server. Lumayan menerangi ruangan tersebut.
Toni meraih bangku yg ada disamping, lalu duduk disamping Novi.
Novi sempat merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut, sebagai seorang akhwat - wanita yg aktif dalam kajian dan kegiatan dakwah - suasana seperti itu jelas sangat tidak berkenan dalam hatinya. Berdua2an dengan seorang pria yg tidak dikenalnya, dalam keadaan gelap dengan penerangan bermodalkan secercah cahaya lilin, wew, jelas sangat tidak nyaman baginya.
Tak sekalipun ia pernah mengalami saat2 seperti itu, tapi mau bagaimana lagi, keadaan memaksa, tak enak rasanya mengusir langganan yang setiap malam selalu datang ke warnet itu seperti Toni.
Mereka diam, tak ada hal yang bisa dibahas sebagai bahan pembicaraan.
setengah jam berlalu dalam keheningan, dan listrik belum juga menyala. Kehiningan berlalu saat Toni meminta kunci kulkas.
"Haus nih mba, aku ambil minum ya."
untung saja Novi sudah hapal tempat kunci itu biasa diletakkan, tak lama, kunci itu sudah berada di tangan Toni. Toni bergegas mengambil minuman dan membuka tutup botolnya.
NOvi terperangah ketika Toni memberikannya sebotol teh bot**l kepadanya.
"Biar gak ngantuk,"Kata Toni singkat
"Oh, iya makasih mas, ntar biar saya bayar sendiri ya"
"Ah, jangan, biar saya aja. kan aku yg ambilin"
"Yah, terserahlah," Akhirnya NOvi mengalah karena merasa tak enak hati.
dia tak langsung meminumnya karena TOni lebih dulu bertanya padanya.
"Katanya sebentar lagi mau nikah ya Mba?
"Iya Mas, kok tau? Dari Anto ya?
"Iya, tadi sore dia cerita. Tapi kok 2 minggu lagi nikah, mba malah ke jakarta n kerja disini?
"Ribet Mas ngejelasinnya. Intinya sih, saya mau nahan diri, itu aja."
"Nahan diri? Nahan diri dari apaan? Tanya Toni
"Dari nafsu, saya ngga mau melakukan hal2 yg mengundang saya pada maksiat bersama tunangan saya." Jawab Novi
"OH gitu toh, ic ic" Tony manggut2 seolah mengerti, padahal dia kurang paham apa yg dimaksud oleh NOvi.
"Di minum mba minumannya" kata Tony mempersilahkan Novi untuk meminum minuman yg telah dibelikannya.
merasa tak enak, Novi pun meminum teh pemberian Toni tersebut. Toni sendiri menatap sambil menyunggingkan senyum.
Tak lama setelah meminum minuman tersebut, kantuk yg sangat hebat tiba menyerang novi, kepalanya juga terasa sangat berat. Sempat di lihatnya jam yang baru menunjukkan pukul 2, setelah ia merasakan matanya tak sanggup lagi menahan rasa kantuk yg mendadak tiba tersebut.
NOvi terbangun saat dia merasakan ada sesuatu yg meraba payudaranya. dia seperti tersengat oleh listrik ribuan kilowatt saat dia melihat jubah yg ia kenakan telah terbuka kancing di bagian depannya, dan dia lebih terkaget2 lagi saat menyadari Toni sedang meraba payudaranya. Bra yg dikenakannya sdh tidak menutupi 2 bukit indah yg menjulang tersebut.
"Ngapain kamu, tolong hentikan, jgn macam2 kamu." katanya sambil berusaha menepis tangan Toni yg sedang menggerayangi payudaranya. Tapi tangannya terasa sangat lemah, ia seperti tidak punya tenaga untuk mengangkat tangannya sekalipun.
Toni hanya diam, dia tak menjawab apa2. cuma Tangannya yg terus bergerak, meremas, dan sesekali menyentuh dengan lembut puting payudara Novi dengan jarinya.
Tak cuma itu, Toni pun mulai menciumi bukit indah itu, lidahnya mengulum dan menggigit kecil puting susu Novi yang masih berwarna pink tersebut. Toni tahu betul, puting susu seperti yang ada dihadapannya pasti belum pernah terjamah oleh lidah, bahkan oleh tangan lelaki lain.
Toni tak menghiraukan gadis yang terus berusaha meronta dengan tenaga nya yg lemah itu. Bahkan, tangannya pun mulai bergerak kebawah, menyelusup masuk ke dalam celana dalam Novi setelah ia membuka kancing rok yg dikenakan Novi.
Novi sedikit histeris ketika vaginanya disentuh oleh jemari toni, tapi suaranya jelas tak kan terdengar oleh siapa2, selain di luar sedang hujan, tak ada bangunan yg ada di dekat warnet itu, satu2nya bangunan terdekat adalah rumah Anto, tempat Novi menumpang, itu pun jaraknya lumayan jauh.
Toni mengusap gundukan bukit yg sedikit berbulu itu, disentuh nya dengan lembut bibir vagina tersebut sampai akhirnya Toni tak sabar dan segera melepaskan rok dan celana dalam yang membungkus bagian bawah tubuh Novi.
Novi terus berusaha berontak dengan tenaga lemahnya, rupanya, minuman yg diminumnya dicampur oleh obat bius oleh Toni, entah kapan Toni memasukkan obat bius tersebut.
Usaha berontak Novi jelas tidak berarti apa2 bagi Toni, yang ada Toni malah semakin liar menciumi payudaranya.. jarinya pun mulai berusaha untuk memasuki liang vagina Novi.
Novi menggigit bibirnya ketika dia merasakan jari tengah Toni perlahan mulai masuk ke dalam vaginanya..
Perih.. dan dia pun merasakan ada sesuatu yang mengalir dari dalam vaginanya..
"Oh, kamu masih perawan ya Nov??" tanya Toni setelah ia melihat apa yg membasahi jarinya..
bukannya Iba dan menghentikan perbuatannya Toni kembali memasukkan jarinya. dan mulai menggerakkannya keluar masuk secara perlahan-lahan, dia melakukannya dengan lembut sambil bibir dan lidah nya tak berhenti bermain di payudara gadis tersebut.
"argh .... tolong hentikan Ton." kata Novi terbata-bata.
Nafasnya mulai memburu, tak dapat diingkari, meski perih, meski kehormatannya sedang direnggut oleh Toni, ada perasaan aneh yg menyelusup ke dalam sanubarinya.
Perasaan itu semakin menjadi2 saat jemari Toni semakin bergerak cepat di dalam vaginanya yg terasa semakin licin oleh Toni.
entah karena sebab apa, Novi mulai menghentikan usahanya untuk berontak, sebaliknya,dia malah menekan kepala Toni dengan sisa tenaganya... tentu saja hal tersebut semakin membuat Toni terbenam dalam bukit payudaranya, ciuman dan kuluman Toni pun semakin menggila, Toni terus menjilati puting yang indah tersebut.
"Arghhhhh..... Ton....ARghhhh"
"Tolong hentikan Toooonnn..."
"Memek km rapat bgt Nov, aku suka, aku juga suka sama puting susu km.." Jawab Toni sambil tangannya terus mengocok vagina Novi.
Tubuh Novi seakan mengejang, dirasakannya gerakan Toni menimbulkan perasaan yang sangat berbeda olehnya..
Rasa sakit yg tadi menderanya seakan telah hilang, digantikan oleh suatu rasa yg belum pernah ia rasakan sama sekali sebelumnya.
"Argh argh ......" Nafas Novi semakin memburu, dia sudah tak dapat lagi berkata apa2...
"ssssssshhhh .... arghhhh." Novi mulai mendesis, gairah mulai merasuki perasaannya.
Toni sendiri menjadi semakin menjadi, di ambilnya tangan Novi dan dituntunnya tangan lembut tersebut ke arah penisnya. Karena mulai dikuasai oleh gairah yg memuncak, tak sadar Novi menuruti pemuda itu, dielusnya penis Toni yg masih terbungkus celana jins. Tak sadar pula ia mulai membuka resleting celana tersebut dan menyelusupkan jemarinya ke dalam celana dalam Toni.
Tubuh nya terus terasa kejang akibat gerakan jari Toni di dalam vaginanya, gerakan Jemari toni pun semakin cepat, tak sabar, ia menuntun tangan gadis itu untuk menyentuh penisnya.
"Pegang seperti ini Nov," Katanya sambil membimbing tangan gadis itu untuk menggenggam penisnya..
"Ya Seperti itu. Arghhh..." Toni berkata sambil merasakan nikmat ketika Novi mulai menggenggam penisnya.
Novi benar2 telah bergerak berdasarkan instingnya, perlahan dia mulai menggerakkan genggamannya, dia gerakkan penis Toni, diputarnya dengan bergairah.
"Arghhh Ton,,, Ton.." Novi meracau dengan desahan nafasnya yg semakin tak beraturan..
dia benar2 merasakan kenikmatan dari gerakan jari Toni yg keluar masuk vaginanya yg semakin basah. sesekali Toni menciumi payudara gadis itu.
Mereka terus bercumbu di tengah temaram lilin, suara rintik hujan semakin membuat Toni bergairah mencumbui gadis berjilbab yang akan menikah itu.
Setelah beberapa saat, Toni melepaskan jarinya, dia juga melepaskan genggaman tangan Novi dari penisnya. Novi menatap penis Toni yg berjongkok di depannya..
Baru sekali ini ia melihat penis lelaki dewasa langsung di hadapannya. Toni yg melihat gadis itu menatap penisnya, mulai meraih kembali tangan gadis itu. Novi kembali meraih penis Toni yg sudah mulai mengeras.
"Coba dicium Nov, pasti km suka" katanya pelan, stengah berbisik.
Novi menatap penis itu. Ragu karena dia memang belum pernah melakukannya. Di dorong oleh gairahnya, dia mulai mencium penis itu, dikecupnya penis Toni. Toni tak diam, dielus nya kepala Novi yg masih terbungkus jilbab besarnya.
Mullutnya mulai mendesis ketika Novi mulai mengulum penisnya yg terasa semakin mengeras.
akhirnya, ia tak bisa menahan gairahnya... Toni akhirnya merebahkan tubuh Novi di lantai, lalu ia merebahkan tubuhnya ke arah yg berlawanan, ia membentuk posisi 69 yg biasa di lihat di video porno yg sering dilihatnya.
Novi kembali menjamah penis yg sekarang ada di depan bibirnya tersebut, Toni pun mulai memasukkan kembali jemarinya ke dalam vagina Novi. Dia jg menciumi vagina tersebut, memainkan lidahnya di klitoris gadis itu sambil jarinya tak berhenti bergerak keluar masuk vagina yg semakin basah itu.
"arrrrghhh... nikmat bgt Nov, arghhh ...
Toni semakin bersemangat menjilati vagina Novi, jarinya semakin cepat bergerak.
"Arghh Ton... " Novi terus mendesis di sela kulumannya pada penis Toni.
Mereka terus saling menghisap dan mempermainkan kelamin pasangannya beberapa saat.
Tak sanggup menahan perasaan yg semakin membuncah, Toni kembali merubah posisinya.
kini dia berjongkok di depan paha Novi yg masih berbaring. perlahan dia mengarahkan penisnya ke arah vagina Novi.
"Mauu aphaa km Tonn?" Tanya Novi terbata
Toni tak menjawab, dia membuka paha gadis tersebut, dan mulai mendekatkan penisnya...
Novi tak bisa mengelak,dia justru membuka pahanya lebih lebar... dan dia sedikit histeris ketika penis toni yg membesar itu mulai perlahan-lahan memasuki liang vaginanya.
"argghhhh .... pelan2 Ton, perih."
"Iya Nov, tahan ya..." jawab Toni penuh perhatian..
dia terus berusaha memasukkan penis nya ke dalam vagina Novi.
arghhh ... ssssshhhhh ... memekk kamu rapat bgt Nov... aku suka ...
pelan tapi pasti akhirnya penis toni berhasil masuk ke dalam vagina Novi.
"arghhh... Ton ..." Novi mendesis menahan rasa nikmat yg tiada taranya itu. Tubuhnya bagai terbang ke awang2.
perlahan toni menggerakkan pinggulnya, menggerakkan penisnya maju mundur di dalam vagina yg semakin terasa becek itu.. semakin lama gerakannya semakin cepat.. membuat Novi semakin merasa terbang..
Novi pun akhirnya tak bisa diam, gairah menuntutnya untuk menggerakkan pinggulnya. Mengimbangi gerakan Toni yg terus menghajar vagina
Mereka saling mendesis merasakan kenikmatan,,,
"arghhh... enak Nov, nikmat bgt"
"Ton .... aku gak tahan" ceracau Novi sambil menggerakkan pinggulnya semakin cepat. dia benar2 telah kehilangan akalnya, dia hanya merasakan kenikmatan yg tiada tara saat itu...
Novi terus bergerak, tanganya mulai menekan pantat Toni, ia ingin penis pemuda itu masuk semakin ke dalam liang vaginanya.
"argghhh Tonnnnnn.... trusssss"
sampai akhirnya, Novi benar2 merasakan tubuhnya kejang, dia merasa ada yg meledak dalam tubuhnya. dia berusaha menahan gerak tubuh Toni,, tapi pemuda itu tidak berhennti dan malah semakin mempercepat gerakannya...
"Tonnnn.... argghhhhhh aku .......
"iya Novv.... argggghhh sabar, aku sudah mau,,,,,
"arghhhh....."
akhirnya Toni merasakan ledakan itu, dia hempaskan tubuhnya ke atas tubuh gadis dibawahnya.
Novi memeluk pemuda itu erat. membiarkan penis yg masih berdenyut itu tetap berada dalam liang vaginanya...
akhwat itu sadar, ia telah khilangan keperawanan dan kehormatannya yg telah ia jaga selama ini.
hujan masih rintik2 diluar sana..
gerimis pun hadir di mata akhwat itu...
penyesalan atas apa yg telah ia lakukan beberapa menit lalu
------- end -------
Novi mulai merasakan kantuk menyerangnya, matanya mulai berat, tapi mengingat kewajibannya, dia tetap berusaha untuk menahan rasa kantuk itu. Sudah beberapa hari ini dia bekerja di sebuah warnet milik sepupunya yang buka selama 24 jam. Dan malangnya, Novi harus menjaga warnet itu saat malam hari.
awalnya ia enggan, tapi setelah diyakinkan oleh sepupunya bahwa warnet itu aman di malam hari, maka akhirnya Novi terpaksa menurutinya. Mau gimana lagi, Anto -sepupunya itu- itu bekerja malam hari disebuah pabrik di daerah bekasi, dan baru bisa menggantikannya menjaga net itu sepulang kerja sampai tengah hari, sedangkan Dimas yg biasa shift malam di net itu sedang pulang ke kampung halamannya.
Malam itu cuma ada seorang pemuda yang sedang main di warnet itu, usianya kira2 sebaya dengan calon suaminya di kampung. Sejak sore pemuda itu sudah datang dan memang sejak awal Novi bekerja di net tersebut, pemuda itu memang selalu datang sore hari dan baru pulang saat azan subuh berkumandang.
Dia sempat berpikir tentang apa kerja pemuda tersebut, karena dalam benaknya, tidak mungkin pemuda itu bekerja di siang hari karena malam harinya dia selalu bergadang di net ini. Tapi dia sadar, inilah kota besar, pemudanya tidak seperti di kampungnya yang biasa berada di masjid saat malam tiba. Dia merasa beruntung karena calon suaminya adalah seorang aktifis dakwah, sama seperti dirinya.
"Mbak, teh botol 1 ya?" Suara itu mengagetkannya.
"Oh, iya Mas, silahkan." Jawabnya
"Loh kuncinya mana Mba?"
"Oh, iya, ini Mas" Jawab Novi sambil menyerahkan kunci yang lupa diberikannya.
di Net tersebut, Lemari Es tempat penyimpanan minuman memang sengaja dikunci karena seringnya para user yg tidak bertanggung jawab mengambil minuman tanpa membayar saat sang operator sedang lengah.
Pikiran Novi kembali menerawang kepada sosok calon suaminya. Lelaki yg sebenarnya sudah lama dia kenal, tapi baru bisa dia dengar suaranya saat proses lamaran tepat 1 minggu sebelum Novi berangkat ke Jakarta untuk bekerja pada sepupunya pemilik warnet ini.
Dia sengaja bekerja di jakarta menjelang pernikahannya, Untuk menghindari hal2 yang tidak diinginkan, pikirnya.
Ya, dalam pikirannya,bisa saja mereka terjerumus di dalam dosa.. Wong yang mereka yg baru pacaran saja bisa melakukan hal2 nekad, apalagi dirinya yg sudah bertunangan. Walaupun dia yakin dia dan calon suaminya tak mungkin melakukan hal2 yg dilarang agama meskipun mereka sudah resmi bertunangan dan pelaksanaan akad nikahnya sendiri tinggal 2 minggu lagi. Intinya, 2 minggu itu masih mungkin terjadi hal2 yg tidak diinginkan olehnya.
"Tuh kan, bengong lagi, lagi mikirin apa seh, Mba?? tiba2 pemuda itu sudah berada di sampingnya lagi, dan lebih membuatnya kaget lagi.
"Eh, engga Mas, ada apa? Ada yg bisa saya bantu?" jawabnya tergagap
"Itu mba, tolong Share-in file yg ada di foldernya Dimas dong. Penting nih."
"Oh iya, sebentar ya" Novi pun meraih Mouse dan mencari folder yg dimaksud, tapi entah karena apa, pemuda tersebut tiba2 berkata "eh, maaf Mba, biar saya aja deh yg cari, gak enak sama mba, mba kesana aja dulu sebentar."
Novi jd bingung, dia pun melangkah sedikit menjauh, dalam hatinya, mungkin itu file rahasia yg tidak boleh dilihat oleh siapapun, kecuali oleh Dimas. Setelah beberapa saat, pemuda itu berdiri dan kembali mempersilahkan Novi duduk di bangku operator tersebut.
"Udah Mba, Makasih ya."ucapnya sambil berlalu meninggalkan NOvi.
Novi kembali menatap jam di pojok kanan bawah monitor, hampir 1/2 4. berarti, 1 jam lagi sepupunya pulang, dan dia bisa istirahat setelah sholat subuh di rumah pamannya yg kira2 berjarak 100 meter dari net itu.
tiba2 dia teringat sesuatu, tadi sore, sebelum berangkat Anto sempat memintanya untuk memindahkan file2nya ke folder baru. Setelah membuat folder baru,dia mulai mencari file2 milik Anto yg ternyata bertebaran dimana-mana,tak terasa, saat azan subuh pekerjaan itu baru selesai, benar2 si Anto itu, brantakan sekali sih orangnya.. PIkirnya dalam hati.
Tak lama, Anto masuk ke net, dia masih keliatan segar meskipun baru pulang kerja.
"Gimana Nov? Rame Gak?? " Tanyanya
"Cuma ada 1 orang, itu yg biasa main dari sore sampai pagi."
"Oh si Toni ya?" Biasa dia mah. Ya udah km sana istirahat."
"Iya, aku pulang dulu ya.. Novi pun mulai beranjak meninggalkan warnet menuju rumah sodaranya tersebut, keluarga saudaranya tersebut pasti belum pada bangun, yah mau gimana lg, dia hanya menumpang di rumah tersebut, mau bicara apa pun terasa tidak enak, untung saja dia diberi pegangan kunci cadangan, jd dia tak perlu membangunkan orang2 yg masih terlelap dalam tidurnya tersebut.
Esoknya
HUjan kembali turun sejak sore, dan kini ditambah dengan suara petir yg sesekali menggelagar di atas sana.
Lagi-lagi, sama seperti kemarin, cuma ada si pemuda yg bernama Toni di net itu.
Waktu menunjukkan pukul 1 dinihari ketika tiba2 saja listrik padam.
"Yah Mba, gimana neh??" Kata Toni setengah berteriak. Novi tidak menjawab apa2, dia sibuk mencari lilin untuk menerangi ruangan itu.
"Payah deh, lagi seru2nya pake mati lampu segala lagi," kata Toni yg sudah berdiri tak jauh dari Novi.
"Ada lilin, MBa??
"Ada ini baru ketemu, ini saya lg cari koreknya"
"OH, ini aja, saya ada korek kok."
sigap tangan Toni menyalakan korek dan mengarahkan apinya ke sumbu lilin yg disodorkan NOvi. Lalu lilin itu ditempatkan tak jauh dari meja server. Lumayan menerangi ruangan tersebut.
Toni meraih bangku yg ada disamping, lalu duduk disamping Novi.
Novi sempat merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut, sebagai seorang akhwat - wanita yg aktif dalam kajian dan kegiatan dakwah - suasana seperti itu jelas sangat tidak berkenan dalam hatinya. Berdua2an dengan seorang pria yg tidak dikenalnya, dalam keadaan gelap dengan penerangan bermodalkan secercah cahaya lilin, wew, jelas sangat tidak nyaman baginya.
Tak sekalipun ia pernah mengalami saat2 seperti itu, tapi mau bagaimana lagi, keadaan memaksa, tak enak rasanya mengusir langganan yang setiap malam selalu datang ke warnet itu seperti Toni.
Mereka diam, tak ada hal yang bisa dibahas sebagai bahan pembicaraan.
setengah jam berlalu dalam keheningan, dan listrik belum juga menyala. Kehiningan berlalu saat Toni meminta kunci kulkas.
"Haus nih mba, aku ambil minum ya."
untung saja Novi sudah hapal tempat kunci itu biasa diletakkan, tak lama, kunci itu sudah berada di tangan Toni. Toni bergegas mengambil minuman dan membuka tutup botolnya.
NOvi terperangah ketika Toni memberikannya sebotol teh bot**l kepadanya.
"Biar gak ngantuk,"Kata Toni singkat
"Oh, iya makasih mas, ntar biar saya bayar sendiri ya"
"Ah, jangan, biar saya aja. kan aku yg ambilin"
"Yah, terserahlah," Akhirnya NOvi mengalah karena merasa tak enak hati.
dia tak langsung meminumnya karena TOni lebih dulu bertanya padanya.
"Katanya sebentar lagi mau nikah ya Mba?
"Iya Mas, kok tau? Dari Anto ya?
"Iya, tadi sore dia cerita. Tapi kok 2 minggu lagi nikah, mba malah ke jakarta n kerja disini?
"Ribet Mas ngejelasinnya. Intinya sih, saya mau nahan diri, itu aja."
"Nahan diri? Nahan diri dari apaan? Tanya Toni
"Dari nafsu, saya ngga mau melakukan hal2 yg mengundang saya pada maksiat bersama tunangan saya." Jawab Novi
"OH gitu toh, ic ic" Tony manggut2 seolah mengerti, padahal dia kurang paham apa yg dimaksud oleh NOvi.
"Di minum mba minumannya" kata Tony mempersilahkan Novi untuk meminum minuman yg telah dibelikannya.
merasa tak enak, Novi pun meminum teh pemberian Toni tersebut. Toni sendiri menatap sambil menyunggingkan senyum.
Tak lama setelah meminum minuman tersebut, kantuk yg sangat hebat tiba menyerang novi, kepalanya juga terasa sangat berat. Sempat di lihatnya jam yang baru menunjukkan pukul 2, setelah ia merasakan matanya tak sanggup lagi menahan rasa kantuk yg mendadak tiba tersebut.
NOvi terbangun saat dia merasakan ada sesuatu yg meraba payudaranya. dia seperti tersengat oleh listrik ribuan kilowatt saat dia melihat jubah yg ia kenakan telah terbuka kancing di bagian depannya, dan dia lebih terkaget2 lagi saat menyadari Toni sedang meraba payudaranya. Bra yg dikenakannya sdh tidak menutupi 2 bukit indah yg menjulang tersebut.
"Ngapain kamu, tolong hentikan, jgn macam2 kamu." katanya sambil berusaha menepis tangan Toni yg sedang menggerayangi payudaranya. Tapi tangannya terasa sangat lemah, ia seperti tidak punya tenaga untuk mengangkat tangannya sekalipun.
Toni hanya diam, dia tak menjawab apa2. cuma Tangannya yg terus bergerak, meremas, dan sesekali menyentuh dengan lembut puting payudara Novi dengan jarinya.
Tak cuma itu, Toni pun mulai menciumi bukit indah itu, lidahnya mengulum dan menggigit kecil puting susu Novi yang masih berwarna pink tersebut. Toni tahu betul, puting susu seperti yang ada dihadapannya pasti belum pernah terjamah oleh lidah, bahkan oleh tangan lelaki lain.
Toni tak menghiraukan gadis yang terus berusaha meronta dengan tenaga nya yg lemah itu. Bahkan, tangannya pun mulai bergerak kebawah, menyelusup masuk ke dalam celana dalam Novi setelah ia membuka kancing rok yg dikenakan Novi.
Novi sedikit histeris ketika vaginanya disentuh oleh jemari toni, tapi suaranya jelas tak kan terdengar oleh siapa2, selain di luar sedang hujan, tak ada bangunan yg ada di dekat warnet itu, satu2nya bangunan terdekat adalah rumah Anto, tempat Novi menumpang, itu pun jaraknya lumayan jauh.
Toni mengusap gundukan bukit yg sedikit berbulu itu, disentuh nya dengan lembut bibir vagina tersebut sampai akhirnya Toni tak sabar dan segera melepaskan rok dan celana dalam yang membungkus bagian bawah tubuh Novi.
Novi terus berusaha berontak dengan tenaga lemahnya, rupanya, minuman yg diminumnya dicampur oleh obat bius oleh Toni, entah kapan Toni memasukkan obat bius tersebut.
Usaha berontak Novi jelas tidak berarti apa2 bagi Toni, yang ada Toni malah semakin liar menciumi payudaranya.. jarinya pun mulai berusaha untuk memasuki liang vagina Novi.
Novi menggigit bibirnya ketika dia merasakan jari tengah Toni perlahan mulai masuk ke dalam vaginanya..
Perih.. dan dia pun merasakan ada sesuatu yang mengalir dari dalam vaginanya..
"Oh, kamu masih perawan ya Nov??" tanya Toni setelah ia melihat apa yg membasahi jarinya..
bukannya Iba dan menghentikan perbuatannya Toni kembali memasukkan jarinya. dan mulai menggerakkannya keluar masuk secara perlahan-lahan, dia melakukannya dengan lembut sambil bibir dan lidah nya tak berhenti bermain di payudara gadis tersebut.
"argh .... tolong hentikan Ton." kata Novi terbata-bata.
Nafasnya mulai memburu, tak dapat diingkari, meski perih, meski kehormatannya sedang direnggut oleh Toni, ada perasaan aneh yg menyelusup ke dalam sanubarinya.
Perasaan itu semakin menjadi2 saat jemari Toni semakin bergerak cepat di dalam vaginanya yg terasa semakin licin oleh Toni.
entah karena sebab apa, Novi mulai menghentikan usahanya untuk berontak, sebaliknya,dia malah menekan kepala Toni dengan sisa tenaganya... tentu saja hal tersebut semakin membuat Toni terbenam dalam bukit payudaranya, ciuman dan kuluman Toni pun semakin menggila, Toni terus menjilati puting yang indah tersebut.
"Arghhhhh..... Ton....ARghhhh"
"Tolong hentikan Toooonnn..."
"Memek km rapat bgt Nov, aku suka, aku juga suka sama puting susu km.." Jawab Toni sambil tangannya terus mengocok vagina Novi.
Tubuh Novi seakan mengejang, dirasakannya gerakan Toni menimbulkan perasaan yang sangat berbeda olehnya..
Rasa sakit yg tadi menderanya seakan telah hilang, digantikan oleh suatu rasa yg belum pernah ia rasakan sama sekali sebelumnya.
"Argh argh ......" Nafas Novi semakin memburu, dia sudah tak dapat lagi berkata apa2...
"ssssssshhhh .... arghhhh." Novi mulai mendesis, gairah mulai merasuki perasaannya.
Toni sendiri menjadi semakin menjadi, di ambilnya tangan Novi dan dituntunnya tangan lembut tersebut ke arah penisnya. Karena mulai dikuasai oleh gairah yg memuncak, tak sadar Novi menuruti pemuda itu, dielusnya penis Toni yg masih terbungkus celana jins. Tak sadar pula ia mulai membuka resleting celana tersebut dan menyelusupkan jemarinya ke dalam celana dalam Toni.
Tubuh nya terus terasa kejang akibat gerakan jari Toni di dalam vaginanya, gerakan Jemari toni pun semakin cepat, tak sabar, ia menuntun tangan gadis itu untuk menyentuh penisnya.
"Pegang seperti ini Nov," Katanya sambil membimbing tangan gadis itu untuk menggenggam penisnya..
"Ya Seperti itu. Arghhh..." Toni berkata sambil merasakan nikmat ketika Novi mulai menggenggam penisnya.
Novi benar2 telah bergerak berdasarkan instingnya, perlahan dia mulai menggerakkan genggamannya, dia gerakkan penis Toni, diputarnya dengan bergairah.
"Arghhh Ton,,, Ton.." Novi meracau dengan desahan nafasnya yg semakin tak beraturan..
dia benar2 merasakan kenikmatan dari gerakan jari Toni yg keluar masuk vaginanya yg semakin basah. sesekali Toni menciumi payudara gadis itu.
Mereka terus bercumbu di tengah temaram lilin, suara rintik hujan semakin membuat Toni bergairah mencumbui gadis berjilbab yang akan menikah itu.
Setelah beberapa saat, Toni melepaskan jarinya, dia juga melepaskan genggaman tangan Novi dari penisnya. Novi menatap penis Toni yg berjongkok di depannya..
Baru sekali ini ia melihat penis lelaki dewasa langsung di hadapannya. Toni yg melihat gadis itu menatap penisnya, mulai meraih kembali tangan gadis itu. Novi kembali meraih penis Toni yg sudah mulai mengeras.
"Coba dicium Nov, pasti km suka" katanya pelan, stengah berbisik.
Novi menatap penis itu. Ragu karena dia memang belum pernah melakukannya. Di dorong oleh gairahnya, dia mulai mencium penis itu, dikecupnya penis Toni. Toni tak diam, dielus nya kepala Novi yg masih terbungkus jilbab besarnya.
Mullutnya mulai mendesis ketika Novi mulai mengulum penisnya yg terasa semakin mengeras.
akhirnya, ia tak bisa menahan gairahnya... Toni akhirnya merebahkan tubuh Novi di lantai, lalu ia merebahkan tubuhnya ke arah yg berlawanan, ia membentuk posisi 69 yg biasa di lihat di video porno yg sering dilihatnya.
Novi kembali menjamah penis yg sekarang ada di depan bibirnya tersebut, Toni pun mulai memasukkan kembali jemarinya ke dalam vagina Novi. Dia jg menciumi vagina tersebut, memainkan lidahnya di klitoris gadis itu sambil jarinya tak berhenti bergerak keluar masuk vagina yg semakin basah itu.
"arrrrghhh... nikmat bgt Nov, arghhh ...
Toni semakin bersemangat menjilati vagina Novi, jarinya semakin cepat bergerak.
"Arghh Ton... " Novi terus mendesis di sela kulumannya pada penis Toni.
Mereka terus saling menghisap dan mempermainkan kelamin pasangannya beberapa saat.
Tak sanggup menahan perasaan yg semakin membuncah, Toni kembali merubah posisinya.
kini dia berjongkok di depan paha Novi yg masih berbaring. perlahan dia mengarahkan penisnya ke arah vagina Novi.
"Mauu aphaa km Tonn?" Tanya Novi terbata
Toni tak menjawab, dia membuka paha gadis tersebut, dan mulai mendekatkan penisnya...
Novi tak bisa mengelak,dia justru membuka pahanya lebih lebar... dan dia sedikit histeris ketika penis toni yg membesar itu mulai perlahan-lahan memasuki liang vaginanya.
"argghhhh .... pelan2 Ton, perih."
"Iya Nov, tahan ya..." jawab Toni penuh perhatian..
dia terus berusaha memasukkan penis nya ke dalam vagina Novi.
arghhh ... ssssshhhhh ... memekk kamu rapat bgt Nov... aku suka ...
pelan tapi pasti akhirnya penis toni berhasil masuk ke dalam vagina Novi.
"arghhh... Ton ..." Novi mendesis menahan rasa nikmat yg tiada taranya itu. Tubuhnya bagai terbang ke awang2.
perlahan toni menggerakkan pinggulnya, menggerakkan penisnya maju mundur di dalam vagina yg semakin terasa becek itu.. semakin lama gerakannya semakin cepat.. membuat Novi semakin merasa terbang..
Novi pun akhirnya tak bisa diam, gairah menuntutnya untuk menggerakkan pinggulnya. Mengimbangi gerakan Toni yg terus menghajar vagina
Mereka saling mendesis merasakan kenikmatan,,,
"arghhh... enak Nov, nikmat bgt"
"Ton .... aku gak tahan" ceracau Novi sambil menggerakkan pinggulnya semakin cepat. dia benar2 telah kehilangan akalnya, dia hanya merasakan kenikmatan yg tiada tara saat itu...
Novi terus bergerak, tanganya mulai menekan pantat Toni, ia ingin penis pemuda itu masuk semakin ke dalam liang vaginanya.
"argghhh Tonnnnnn.... trusssss"
sampai akhirnya, Novi benar2 merasakan tubuhnya kejang, dia merasa ada yg meledak dalam tubuhnya. dia berusaha menahan gerak tubuh Toni,, tapi pemuda itu tidak berhennti dan malah semakin mempercepat gerakannya...
"Tonnnn.... argghhhhhh aku .......
"iya Novv.... argggghhh sabar, aku sudah mau,,,,,
"arghhhh....."
akhirnya Toni merasakan ledakan itu, dia hempaskan tubuhnya ke atas tubuh gadis dibawahnya.
Novi memeluk pemuda itu erat. membiarkan penis yg masih berdenyut itu tetap berada dalam liang vaginanya...
akhwat itu sadar, ia telah khilangan keperawanan dan kehormatannya yg telah ia jaga selama ini.
hujan masih rintik2 diluar sana..
gerimis pun hadir di mata akhwat itu...
penyesalan atas apa yg telah ia lakukan beberapa menit lalu
------- end -------
Senin, 26 Desember 2011
Sepakbola Indonesia di Bawah Kolonialisme Kekuasaan Politik
Sebelum Reformasi tahun 1998, sepakbola kami ( Indonesia, bukan Jakarta, Bandung atau Papua ) selalu dipimpin oleh seorang yang terkait dengan Departemen Perhubungan yang kebetulan kader partai golongan penguasa, setidaknya mulai dari pasca era Kardono, Pemerintah selalu menempatkan Menteri Perhubungan sebagai Ketua PSSI, tercatat ada Azwar Anas dan Agum Gumelar Menteri Perhubungan yang menjabat sebagai Ketua PSSI. Ada juga Kardono, Direktur Jenderal Perhubungan Udara yang menjadi Ketua PSSI yang sangat populer.
Sejak Soeratin di tahun 1930 sampai dengan Kosasih di tahun 1967, sepakbola dibangun dengan semangat perjuangan dan bagian dari proses pembangunan karakter bangsa. Setelah Rezim Orde Lama jatuh, PSSI juga mengalami perubahan mengikuti arus zaman. Masuknya orang yang dekat dengan penguasa saat itu, Soeharto menjadi bagian dari proses pengamanan PSSI. Kenapa harus diamankan ? karena hanya sepakbola yang dapat memancing dan mengumpulkan histeria massa sampai puluhan ribu selama satu tahun penuh jadi harus terkondisikan terkendali.
Dimulailah era militer, Bardosono (1975 – jatuh karena penyimpangan dana PSSI ), Moehono ( 1977 - Pjs ) dan Ali Sadikin ( 1977 – mereformasi PSSI termasuk skema kompetisi ).
Di tahun 1982, seiring dengan reformasi yang di gagas Ali Sadikin, muncullah tokoh Sjarnoebi Said pemilik Klub Krama Yudha Tiga Berlian, klub peserta Galatama kompetisi profesional murni pertama Indonesia yang menjadi contoh negara lain di Asia membangun kompetisi sepakbolanya. Kenapa murni ? karena pada saat itu klub galatama benar – benar di biayai oleh swasta. Saat itu kompetisi kita terbagi menjadi dua kasta – Profesional dan Amatir.
Di Galatama yang murni profesional dimulai sejak tahun 1979 di era Ali Sadikin, klub peserta memang tidak banyak pada saat itu hanya 8 klub saja tapi dikelola dengan sangat baik, tercatat sampai kemudian Galatama di bubarkan ada 40 buah klub profesional ( non perserikatan / amatir ) yang pernah berkiprah Galatama. Sayang pasca Sjarnoebi Said, galatama kehilangan pamor karena kasus suap dan pengaturan skor yang dilakukan pemain dan klub.
Sebelum era galatama, Pemain Nasional Indonesia didominasi oleh para pemain perserikatan, di era galatama pemain perserikatan yg amatir praktis kesulitan masuk menjadi pemain nasional, tercatat hanya Robby Darwis, Ponirin Meka, Ribut Waidi, Patar Tambunan, Adjat Sudrajat sedikit pemain perserikatan yang bisa berbaju merah putih.
Di era Azwar Anas ( era 90-an) dilakukan terobosan dengan membubarkan semua penyelenggaran kompetisi baik amatir maupun profesional dengan menggabungkan semuanya dalam satu Liga Indonesia, lalu mulailah kita akrab dengan nama – nama seperti Liga Dunhill, Liga Kansas, Liga Mandiri sampai Liga (Djarum) Super —— jadi ngeh kalau olahraga populer ini disponsori oleh produsen rokok bertahun - tahun, kenapa ? karena produsen rokok jadi bisa jualan kepada klub sepakbola dan pengemar / supporter sepakbola , ini namanya tidak men sana in corpore sano :D
Apakah penggabungan ini menganut azas fairness ( keadilan ) ? TIDAK …..Klub yang berlaga di Galatama tetap dipaksa mandiri dengan dana swasta sedangkan Klub Perserikatan ( yang mayoritas hari ini berada di kasta tertinggi liga ) tetap di injeksi dengan dana negara melalui APBD. Mengapa bisa begitu ?
Kita harus membuka mata bahwa klub perserikatan selalu menjadi organ politik penguasa daerah, makanya klub perserikatan selalu diketuai oleh penguasa daerah baik gubernur, bupati atau walikota, yang kebetulan di jaman orde baru adalah organ dan kepanjangan tangan serta menjadi kader Partai Golongan Penguasa. Kekuatan Kekuasaan tidak akan melepaskan sumber – sumber pencitraan berbasis massa, itulah mengapa kemudian sejak masa orde baru sebenarnya sepakbola kita berada dalam MASA KEKUASAAN KOLONIALISME POLITIK.
Bagaimana sepakbola diamankan selalu berada di tangan Kekuasaan Kolonialisme Politik tergambar jelas ketika pertarungan antara Nurdin Halid yang tokoh Golkar melawan Jacob Nuwawea yang tokoh PDIP di kongres tahun 2003.
Jacob Nuwawea yang Menteri Perhubungan di era Megawati diusung oleh kekuatan daerah dimana PDIP menjadi pemenang dan penguasa politik pasca pemilu 1999 selain itu Jacob di usung oleh kelompok yang sudah mencium gelagat akan terjadi proses politisasi PSSI pasca reformasi 1998. Saat itu dengan konsep yang sebenarnya briliant, - termasuk pemberian hak suara kepada klub dan ide kompetisi yang lebih baik serta konsep pembinaan usia dini yang terskema -, Jacob Nuwawea tidak berdaya dengan kekuatan yang membangun isu politik ( Golkar vs PDIP ), ras ( Jawa vs Luar Jawa ) bahkan isu sensitif soal agama ( Islam vs Nasrani ). Jika yang mengalami hadir di kongres tersebut dapat merasakan bagaimana atmosfir panas saat itu dan Jacob akhirnya kalah dan merasakan bagaimana opportunisnya pengurus PSSI dan Klub saat itu.
Kemenangan Nurdin saat itu diikuti dengan proses pembersihan ( kawan saya menyebutkan ‘kuningisasi’ ) di struktur Pengda, Pengcab dan Klub. Kepala Daerah yang sudah tidak boleh menjadi Ketua Klub mengambil peran sebagai ketua Pengcab atau Pengda. Jadi kalaulah di struktur PSSI pusat dikesankan lebih berwarna dengan masuknya unsur – unsur non kuning, tapi sesungguhnya di struktur daerah, warna kuning masih tetap mendominasi . Bukankah pengurus PSSI pusat itu tidak memiliki hak suara di Kongres ? ini adalah proses pengamanan kekuasaan.
Prestasi sepakbola di era Nurdin Halid selama 8 tahun yang tidak membaik bahkan cenderung memburuk ditutupi dengan riuh – rendahnya Liga yang digulirkan, harapannya biarlah supporter asik masyuk dengan riuh rendah mendukung klubnya – bahkan diciptakan intrik sehingga antar supporter memiliki kebencian satu kelompok dgn yang lainnya – dengan harapan menutupi bobrok yang sedang dilakukan oleh Nurdin Halid dkk dan ini sukses sampai kemudian muncullah gagasan seorang Presiden SBY tentang Kongres Sepakbola Nasional. Di titik inilah harusnya momentum perbaikan sepakbola Indonesia dilakukan yang sayangnya tidak terjadi.
Kenapa tidak terjadi, karena kita melihat tatanan ‘kolonialisme’ di dalam sepakbola kita sudah bagaikan jaring laba-laba yang kuat yang memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya.
Blunder AFF lah yang menyebabkan Rezim Kolonialisme itu terguncang, kalaulah saja ketika AFF tidak ada jamuan makan sebelum final di rumah salah satu petinggi parpol, kalaulah saja tidak ada ucapan terima kasih kepada parpol tertentu dari mulut ketua PSSI saat itu dan kalau saja Team Nasional PSSI saat itu menjadi Juara AFF, kekuatan kolonialisme sepakbola akan semakin kuat menancapkan kuku kekuasaannya di sepakbola kita.
Sadar bahwa kekuasaan mulai digoyang, Kelompok Kolonialisme Sepakbola ini mulai merancang skema pengamanan dimulai dengan Kongres Tahunan 2010 di Bali yang beberapa keputusannya adalah bom waktu yang disimpan untuk meledak pada waktunya ( pembagian saham, soal operator liga, soal klub dll ) dilanjutkan dengan skenario kisruh Kongres PSSI di Pekanbaru sampai kepada skenario pembentukan Komite Normalisasi, disetiap momentumnya dibuat perangkap, jebakan, bom waktu dan skema untuk proses penyelamatan diri ditahap pertama dan kembali berkuasa untuk tahap selanjutnya.
Itulah mengapa saya pernah menulis soal komite normalisasi, ya komite ini tidak menyelesaikan pekerjaanya yang menjadi amanat FIFA. Ada satu amanat FIFA yg sengaja disimpan menjadi bom waktu yaitu soal normalisasi kompetisi di Indonesia pasca munculnya Liga Primer Indonesia. Komite Normalisasi hanya fokus pada bagaimana memilih ketua PSSI, padahal ada amanah besar yang juga harus diselesaikan yaitu soal normalisasi kompetisi. Mengapa tidak bisa di selesaikan ? mungkin kita bisa tanyakan kepada Djoko Driyono – pengelola liga super Indonesia – yang saat itu menjadi Sekertaris KN dan ex-officio menjalankan fungsi Sekretaris Jenderal.
Bom Waktu yang lain adalah menyusupkan kaki tangan di dalam barisan perubahan untuk kemudian menjadi sel yang berada di dalam yang dapat diaktifkan pada saatnya untuk melakukan serangan mematikan.
Saya sempat menaruh harapan kepada PSSI baru dibawah Djohar Arifin ketika memulai pembenahan dengan melakukan pembenahan di dalam rumah. Terutama ketika akan menerapkan standar profesional yang benar sesuai dengan standar AFC bagi klub di Indonesia. Tapi kemudian terjadi langkah – langkah kompromistis yang dilakukan oleh beliau dengan kekuatan lama dengan nama pengurus klub, exco dan pengda.
Di momentum inilah kemudian kita bisa melihat bagaimana kelompok kolonialisme sepakbola Indonesia kembali membuka topeng dan berkumpul merapatkan barisan. Kita melihat bahwa sepakbola Indonesia seolah – olah hanya boleh dikelola, dinikmati bahkan dirusak oleh hanya satu kelompok. Mungkin pengurus PSSI yang sekarang harus belajar kepada Ali Sadikin yang membenahi PSSI di tahun 1977.
Ketika itu ada keinginan untuk kompromi terkait dengan penyelesaian ketidak beresan di tubuh PSSI dijaman Bardosono, tapi apa langkah yang ditempuh Ali Sadikin sebagai Ketua PSSI baru – semua penyimpangan harus diselesaikan melalui jalur hukum dan pengadilan -, tidak ada kompromi.
Oleh karena itu mengapa kemudian saya sempat berkicau di TL saya @gilang_mahesa mengenai pentingnya membenahi dahulu rumah ( PSSI, PT. LI, Klub dan Pengda ) sebelum melakukan aktivitas ( kompetisi ). PSSI harusnya menetapkan dulu bahwa saat ini adalah kondisi darurat yang harus di normalisasi terkait dengan pekerjaan rumah yang tidak terselesaikan ( atau sengaja tidak diselesaikan ) oleh KN dan pengurus sebelumnya.
PSSI harusnya membuat aturan perantara terkait banyak hal yang mungkin terkait dengan proses normalisasi, baik yang berupa kompetisi atau organisasi. PSSI mungkin harusnya membuat moratorium penghentian sementara liga profesional tapi tetap mengelar kompetisi antar klub Piala Liga yg tidak bisa diselenggarakan oleh PT. LI di tahun 2011 ini. Dengan demikian tidak ada polemik soal kompetisi dan semua klub bisa berpartisipasi.
PSSI bisa sampaikan ke AFC dan FIFA bahwa saat ini sedang dilakukan proses pembenahan dan normalisasi sepakbola Indonesia, hal ini dilakukan agar kita tidak terkena sanksi oleh AFC dan FIFA karena tidak memutar roda kompetisi reguler.
Jadi ini bagian dari #idegila saya melihat begitu mengkhawatirkannya sepakbola kita :
- Hentikan dahulu semua kompetisi sepakbola di Indonesia
- Putar turnamen yang memungkinkan semua klub bisa berpartisipasi semodel Piala Liga sebagai kompetisi antara selama masa Normalisasi berlangsung
- Periksa, Audit dan laporkan ke publik penggunaan dana PSSI, PT. LI dan klub selama 8 tahun terakhir atau sekurang-kurangnya 3 tahun terakhir, terutama penggunaan dana yang terkait uang negara – APBD dan APBN, berani nggak yah ?
- Proses di point 3 dilakukan oleh auditor independen international untuk menjaga netralitas
- Jika kemudian ditemukan penyimpangan maka dipersilahkan KPK, BPK, Kepolisian untuk masuk dan memeriksa – ditahap ini pengurus klub, pengurus PSSI dan pemain harus berani menjalani pemeriksaan , beranikah untuk bersih dan jujur ?
- Jika sudah ada putusan hukum yg mengikat, maka pembenahan bisa dilakukan baik kepada individu atau institusi, klub yg menyelewengkan uang negara bisa saja di hukum turun strata atau bahkan di bubarkan, pengurus dan pemain bisa saja dihukum tidak boleh beraktivitas di dunia sepakbola nasional
- Bangun sepakbola dengan kultur yang benar, dengan standar yang sudah ditetapkan FIFA dan AFC – jangan lagi ada kompromi - , mungkin nanti klub yg ikut kompetisi profesional PSSI tidaklah sebanyak hari ini, tapi menjadi sehat dan kompetitif serta membangun pondasi yang bukan hanya kuat ke masa depan tapi juga bersih.
- Untuk menghadapi Piala AFF 2012 dan Sea Games 2013, ikut sertakan Garuda Muda kita di Kompetisi Liga Singapura yang memungkinkan klub diluar Singapura untuk menjadi peserta, dengan demikian persiapan Team nasional kita tidak terganggu oleh proses normalisasi yang sedang dilakukan.
Tulisan ini adalah opini saya pribadi, bisa benar atau malah ‘nggak waras’ sama sekali :D, masing-masing memiliki opini dan pendapat dan saya menghargai ruang tersebut.
Perubahan format kompetisi, pengelola kompetisi, pengelola klub bahkan pengurus federasi adalah hal biasa yang pernah dialami oleh sepakbola kita sejak tahun 1930. Menjadi tidak biasa ketika kemudian ada hidden agenda yang sedang disembunyikan – apakah terkait agenda politik 2014, atau soal uang, wallahu’alam –, kalaulah kemudian apa yang terjadi hari ini tidak membawa apa – apa bagi prestasi sepakbola Indonesia kita di tahun selanjutnya, mungkin #idegila saya tadi bisa menjadi pilihan.
Pasca Sjarnoebi Said, sepakbola kita tidak bisa lepas dari politik kekuasaan, saatnya memerdekakan sepakbola kita dari kekuasaan kolonialisme politik lebih kurang 3 dasawarsa lamanya.
Wallahu’alam
Misteri Hantu Penunggu WC Kampus
Kabar hantu penunggu kampus gentayangan sudah lama didengar Rudi. Belakangan kabar kemunculan hantu berwajah seram itu makin santer jadi bahan pembicaraan. Menurut kabar yang berhembus salah seorang mahasiswi putri Jumat Kliwon yang lalu mendadak jatuh pingsan di WC kampus. Kabarnya, dia kaget setengah mati ketemu hantu kampus.
Rudi semula tidak begitu menanggapi kabar burung yang ia sendiri belum pernah mengalami. Meski dalam hati kecilnya mengakui jika di dunia ini masih ada alam lain, alaming lelembut yang tidak selalu bisa dilihat dengan kasat mata. Sampai pula Rudi mendengar kabar korban jatuh yang kali ketiga, juga masih mahasiswi putri yang ditemukan pingsan di WC kampus.
Setelah siuman dia mengakui kaget bercampur takut setengah mati menyaksikan makhluk menyeramkan tiba-tiba muncul di WC yang berada di ujung bangunan kampus paling belakang. Mahasiswi itu jatuh pingsan, karena saking takutnya melihat sosok menyeramkan itu hendak mendekatinya.
“Ah, hantu yang saya lihat berwujud manusia. Cuma wajahnya amat menakutkan, ahh…saya tidak mau membayangkannya lagi,” tutur mahasiswi itu ketika ditanya Rudi. Keterangan yang didapat belumlah memuaskan, membuat Rudi semakin penasaran untuk mengungkap misteri di balik kemunculan hantu kampus.
“Sebagai orang beriman aku tidak boleh takut dengan lelembut macam apapun. Wong derajad saya sebagai manusia lebih tinggi dibandingkan ‘begundal-begundal’ itu,” bisik batin Rudi mengumpat hantu itu dengan sengit. Di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 1999 tempat Rudi menimba ilmu, keberanian Rudi berhadapan dengan lelembut memang bolehlah diacungi jempol.
Dia paling sering menunggui jenazah yang outopsi ketika ada praktik anastesi. Wajar saja berani, pasalnya ketika masih duduk di bangku SLTP dulu Rudi pernah masuk pondok pesantren. Amalan dan doa-doa untuk mengusir makhluk halus banyak yang dia kuasai. Lalu berhasilkan dia menguak misteri kemunculan hantu kampus ?
Kamis pagi itu Rudi mulai merencanakan bertemu dengan hantu. Awalnya, dia mencari keterangan pada beberapa warga yang tinggal di sekitar kampus, mencari asal-usul tempat yang kini dibangun kampus berada di pinggiran kota itu. Ada beberapa versi yang memberi keterangan berbeda. Kabar yang didapat tempat itu dulunya bekas penjagalan hewan, bekas kuburan kuno, dan kabar terakhir yang dia dengar tempat itu dulunya bekas markas pembantaian para gerombolan PKI ! Mana yang benar ?
“Aku harus membuktikan sendiri,” bisiknya lagi. Satu lagi kabar yang dia dengar dari warga setempat, beberapa tahun lalu sebelum dibangun kampus pada tahun 1984, warga sekitar sering ditemui sosok pria yang suka mondar-mandir di sekitar tanah lapang setempat tanpa kepala. Dibarengi dengan kemunculan sosok seorang wanita gemuk bertaring, dan pria berkulit hitam legam yang bisa keluar masuk tanah.
Sejauh ini misteri kemunculan sosok-sosok itu belum berhasil diungkap warga setempat. Upaya untuk melacak pernah dilakukan dengan memanggil orang pintar, namun tidak berhasil karena dia merasa kalah kuat dengan lelembut tersebut. Sampai kemudian Rudi bertemu dengan sesepuh kawasan tersebut, Mbah Karso.
Mbah Karso diam-diam sudah tahu maksud Rudi memintai keterangan warga. Dia sebagai warga yang sudah lama tinggal di tempat sekitar, pengakui salut terhadap jiwa muda Rudi. “Datang saja di tempat yang biasa dia muncul. Nanti kan Jumat Kliwon, mbah yakin di sana pasti sepi. Begundal-begundal itu pasti muncul,” ucap Mbah Karso membuat Rudi terkejut. Dari mana Mbah Karso tahu dia menjuluki lelembut itu ‘begundal’ ?
Pukul 21.00 WIB ketika suasana kampus mulai sepi. Terlihat dari kejauhan sesosok pemuda bertubuh tegap mengendap-endap mendekati bangunan WC ujung belakang kampus. Langkahnya pelan sambil kedua matanya tidak henti mengawasi setiap sudut bangunan. Menyelidik kemungkinan hantu yang bikin takut mahasiswi itu muncul.
Langkah dia terhenti di pojok belakang WC. Tatapan matanya nanar memandangi semak-semak di belakang WC. Sejenak itu dia menyelidik lalu kemudian duduk bersila, dan kedua matanya pun terpejam. Tidak ubahnya orang duduk bersemedi. Sekitar 10 menit berdiam diri, mendadak desiran angin malam berhembus tidak seperti biasanya.
Agak kencang dan terasa hanya di sekitar tubuhnya. Tiba-tiba pundaknya terasa seperti ditepuk dari belakang. Dia terkesiap, lalu menoleh ke belakang. Ternyata tiga sosok yang disebut-sebut hantu itu memandanginya nanar. Wajah mengerikan mengerikan sama seperti yang dituturkan para warga. “Tolong aku nak…tolong aku…,” ujar ketiganya sambil menunjuk semak-semak di belakang WC.
Jantung pemuda itu berguncang keras menatap hantu-hantu berwajah seram itu. Belum habis dia berpikir dari balik lorong WC muncul orang tua yang ringkih, Mbah Karso. “Biarkan dia Nak Rudi. Jangan diusik, dia tampaknya butuh pertolongan kita,” tutur pak tua itu. Tidak beberapa lama bayangan hantu itu berlahan-lahan hilang seiring keluarnya asap tipis. “Tolonglah aku malam ini juga…,” seru ketiganya sebelum menghilang. Rudi dan Mbah Karso bertatapan seperti tidak percaya dengan yang baru dilihat, di tempat sepi itu pun hanya tinggal dia berdua.
“Ayo bantu Mbah menggali semak-semak. Di situ pasti ada tulang mereka. Dia itu arwah mati penasaran. Dulu di tempat sini memang pernah tinggal sekeluarga, mereka mati dibunuh,” tutur Mbah Karso yang membuat Rudi semakin bertanya-tanya. “Anehnya, mayat mereka tidak ditemukan. Nah, mungkin mereka dikubur di situ,”.
Diakui Mbah Karso selama ini dia hanya diam mendengar kabar kemunculan hantu, karena merasa belum menemukan orang yang seperti Rudi. Pemberani dan selalu ingin tahu tentang misteri di balik kemunculan makhluk gaib. “Nah, itu warga sudah datang. Mereka pada datang ke sini setelah saya beri tahu,” paparnya.
Dalam sekejab tempat itu ramai dipenuhi puluhan warga yang ingin menyaksikan penggalian mayat yang pernah dikabarkan hilang puluhan tahun yang lalu. Tidak berapa lama semak-semak telah berganti galian. Dan, memang benar di dalamnya ditemukan tumpukan tulang belulang yang sudah rusak. Dalam hati Rudi bersyukur telah membantu menenangkan ketiga arwah. Terlebih lagi yang membuat dia lega, kejadian penggalian mayat itu tidak ada satu pun mahasiswa yang tahu.
Rudi semula tidak begitu menanggapi kabar burung yang ia sendiri belum pernah mengalami. Meski dalam hati kecilnya mengakui jika di dunia ini masih ada alam lain, alaming lelembut yang tidak selalu bisa dilihat dengan kasat mata. Sampai pula Rudi mendengar kabar korban jatuh yang kali ketiga, juga masih mahasiswi putri yang ditemukan pingsan di WC kampus.
Setelah siuman dia mengakui kaget bercampur takut setengah mati menyaksikan makhluk menyeramkan tiba-tiba muncul di WC yang berada di ujung bangunan kampus paling belakang. Mahasiswi itu jatuh pingsan, karena saking takutnya melihat sosok menyeramkan itu hendak mendekatinya.
“Ah, hantu yang saya lihat berwujud manusia. Cuma wajahnya amat menakutkan, ahh…saya tidak mau membayangkannya lagi,” tutur mahasiswi itu ketika ditanya Rudi. Keterangan yang didapat belumlah memuaskan, membuat Rudi semakin penasaran untuk mengungkap misteri di balik kemunculan hantu kampus.
“Sebagai orang beriman aku tidak boleh takut dengan lelembut macam apapun. Wong derajad saya sebagai manusia lebih tinggi dibandingkan ‘begundal-begundal’ itu,” bisik batin Rudi mengumpat hantu itu dengan sengit. Di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 1999 tempat Rudi menimba ilmu, keberanian Rudi berhadapan dengan lelembut memang bolehlah diacungi jempol.
Dia paling sering menunggui jenazah yang outopsi ketika ada praktik anastesi. Wajar saja berani, pasalnya ketika masih duduk di bangku SLTP dulu Rudi pernah masuk pondok pesantren. Amalan dan doa-doa untuk mengusir makhluk halus banyak yang dia kuasai. Lalu berhasilkan dia menguak misteri kemunculan hantu kampus ?
Kamis pagi itu Rudi mulai merencanakan bertemu dengan hantu. Awalnya, dia mencari keterangan pada beberapa warga yang tinggal di sekitar kampus, mencari asal-usul tempat yang kini dibangun kampus berada di pinggiran kota itu. Ada beberapa versi yang memberi keterangan berbeda. Kabar yang didapat tempat itu dulunya bekas penjagalan hewan, bekas kuburan kuno, dan kabar terakhir yang dia dengar tempat itu dulunya bekas markas pembantaian para gerombolan PKI ! Mana yang benar ?
“Aku harus membuktikan sendiri,” bisiknya lagi. Satu lagi kabar yang dia dengar dari warga setempat, beberapa tahun lalu sebelum dibangun kampus pada tahun 1984, warga sekitar sering ditemui sosok pria yang suka mondar-mandir di sekitar tanah lapang setempat tanpa kepala. Dibarengi dengan kemunculan sosok seorang wanita gemuk bertaring, dan pria berkulit hitam legam yang bisa keluar masuk tanah.
Sejauh ini misteri kemunculan sosok-sosok itu belum berhasil diungkap warga setempat. Upaya untuk melacak pernah dilakukan dengan memanggil orang pintar, namun tidak berhasil karena dia merasa kalah kuat dengan lelembut tersebut. Sampai kemudian Rudi bertemu dengan sesepuh kawasan tersebut, Mbah Karso.
Mbah Karso diam-diam sudah tahu maksud Rudi memintai keterangan warga. Dia sebagai warga yang sudah lama tinggal di tempat sekitar, pengakui salut terhadap jiwa muda Rudi. “Datang saja di tempat yang biasa dia muncul. Nanti kan Jumat Kliwon, mbah yakin di sana pasti sepi. Begundal-begundal itu pasti muncul,” ucap Mbah Karso membuat Rudi terkejut. Dari mana Mbah Karso tahu dia menjuluki lelembut itu ‘begundal’ ?
Pukul 21.00 WIB ketika suasana kampus mulai sepi. Terlihat dari kejauhan sesosok pemuda bertubuh tegap mengendap-endap mendekati bangunan WC ujung belakang kampus. Langkahnya pelan sambil kedua matanya tidak henti mengawasi setiap sudut bangunan. Menyelidik kemungkinan hantu yang bikin takut mahasiswi itu muncul.
Langkah dia terhenti di pojok belakang WC. Tatapan matanya nanar memandangi semak-semak di belakang WC. Sejenak itu dia menyelidik lalu kemudian duduk bersila, dan kedua matanya pun terpejam. Tidak ubahnya orang duduk bersemedi. Sekitar 10 menit berdiam diri, mendadak desiran angin malam berhembus tidak seperti biasanya.
Agak kencang dan terasa hanya di sekitar tubuhnya. Tiba-tiba pundaknya terasa seperti ditepuk dari belakang. Dia terkesiap, lalu menoleh ke belakang. Ternyata tiga sosok yang disebut-sebut hantu itu memandanginya nanar. Wajah mengerikan mengerikan sama seperti yang dituturkan para warga. “Tolong aku nak…tolong aku…,” ujar ketiganya sambil menunjuk semak-semak di belakang WC.
Jantung pemuda itu berguncang keras menatap hantu-hantu berwajah seram itu. Belum habis dia berpikir dari balik lorong WC muncul orang tua yang ringkih, Mbah Karso. “Biarkan dia Nak Rudi. Jangan diusik, dia tampaknya butuh pertolongan kita,” tutur pak tua itu. Tidak beberapa lama bayangan hantu itu berlahan-lahan hilang seiring keluarnya asap tipis. “Tolonglah aku malam ini juga…,” seru ketiganya sebelum menghilang. Rudi dan Mbah Karso bertatapan seperti tidak percaya dengan yang baru dilihat, di tempat sepi itu pun hanya tinggal dia berdua.
“Ayo bantu Mbah menggali semak-semak. Di situ pasti ada tulang mereka. Dia itu arwah mati penasaran. Dulu di tempat sini memang pernah tinggal sekeluarga, mereka mati dibunuh,” tutur Mbah Karso yang membuat Rudi semakin bertanya-tanya. “Anehnya, mayat mereka tidak ditemukan. Nah, mungkin mereka dikubur di situ,”.
Diakui Mbah Karso selama ini dia hanya diam mendengar kabar kemunculan hantu, karena merasa belum menemukan orang yang seperti Rudi. Pemberani dan selalu ingin tahu tentang misteri di balik kemunculan makhluk gaib. “Nah, itu warga sudah datang. Mereka pada datang ke sini setelah saya beri tahu,” paparnya.
Dalam sekejab tempat itu ramai dipenuhi puluhan warga yang ingin menyaksikan penggalian mayat yang pernah dikabarkan hilang puluhan tahun yang lalu. Tidak berapa lama semak-semak telah berganti galian. Dan, memang benar di dalamnya ditemukan tumpukan tulang belulang yang sudah rusak. Dalam hati Rudi bersyukur telah membantu menenangkan ketiga arwah. Terlebih lagi yang membuat dia lega, kejadian penggalian mayat itu tidak ada satu pun mahasiswa yang tahu.
Misteri Arwah Saraswati
Memasuki Desa Rejo serentak kami semua terdiam. Suasana saat itu langsung berubah sunyi senyap, seakan-akan kampung itu tak berpenghuni. Mobil yang kami tumpangi berlima pun berjalan pelan seolah enggan memasuki desa yang berada di pesisir pantai selatan itu.
“Nah, ini dia kampungnya. Asyik juga. Wah aku berharap di sini punya pengalaman menarik yang seumur hidupku baru kali ini mengalami. Ketemu kembang desa kek, atau…,” belum selesai Heru merampungkan kalimat tersebut tiba-tiba kami serentak terkesima melihat ada seorang nenek-nenek berdiri di pinggir jalan. Tampak tangannya membawa lampu senthir, padahal hari masih siang.
“Sebaiknya kita berhati-hati jangan gegabah, kalau ngomong diatur soalnya kita tidak tahu adat di sini, lagi pula kita tidak tahu apakah mang Samin masih ingat aku, ” ujar Didik Arif. Kami yang berlima yakni Didik, Heru, Rio, Santo dan aku Dion, memang berniat mengisi liburan di desa mang Samin, mantan tukang kebun keluarga Didik. Desa Rejo terletak di tepi pantai selatan, merupakan desa yang masih alami dan belum terkontaminasi budaya asing.
Kami memutuskan untuk berlibur di sini karena cerita Didik yang menurut mang Samin, dia tinggal di desa yang alami, dan yang membuat kami tertarik untuk mengunjunginya adalah cerita tentang sebuah tebing yang indah dan siap untuk didaki. Dasar Heru, dia yang paling getol mengajak kami ke sana karena kami memang punya hoby panjat tebing. Akhirnya sampai juga di rumah sederhana
Yang asri. Dari dalam tampak tergopoh-gopoh lelaki paruh baya menyambut kami.
“Mas Didik, akhirnya datang juga mari, mari, silahkan,” sambut mang Samin sambil mengajak kami untuk langsung masuk ke rumahnya. “Enak juga yah suasana desa waktu sore, wah aku jadi langsung pengin jalan-jalan nih,” ajak Heru. Namun dengan gugup mang Samin segera mengajak masuk rumah dahulu dengan setengah memaksa, bahkan istrinya yang muncul kemudian malah langsung menggandeng tanganku untuk masuk ke dalam rumah.
Seusai mandi, dan istirahat sebentar langsung kami disuguhi makan malam. “Mang, ini kan masih sore, baru jam 6 kok sudah makan, nanti saja lah, aku pengin jalan-jalan,” ajak Heru tak sabaran. Tapi dengan sigap mang Samin segera melarang dan menyuruh makan dulu. “Oke deh, aku sudah lapar juga kok, eh mang tadi didepan desa aku melihat seorang nenek duduk di pinggir jalan tapi kok siang-siang menyalakan sentir yah, siapa dia mang,” ujar Didik.
“Makan dulu saja, nanti sehabis makan mamang akan ceritakan tentang desa ini dan aturan-aturannya,” ujar mang Samin. Dengan penuh penasaran akhirnya kami menikmati makan malam denga tergesa-gesa. Seusai makan sambil nyeruput wedang jahe suguhan kami duduk di ruang tengah untuk mendengarkan penjelasan mang Samin. “Mas, sebenarnya kedatangan mas-mas disini agak kurang tepat, mungkin kalau kalian memperhatikan sejak memasuki desa ini akan terasa aneh kan, ini karena beberapa hari ini arwah Saras muncul lagi,”. “Saras, siapa Saras mang,” tanyaku penasaran.
“Maaf mas, membicarakan asal usul Saras adalah tabu di desa ini, yang penting kita tidak boleh mengganggunya dan cara yang dilakukan oleh warga desa adalah dengan tidak keluar rumah selepas magrib dan tidak boleh berkata-kata kotor, tapi ini cuma terjadi selama sepasar (5 hari) saja setelah itu seperti biasa,” ujar mang Samin serius. Akhirnya, kami cuma melewatkan malam pertama dengan saling diam, walaupun ada guyonan malah terkesan hambar.
Esok paginya kita sudah siap pergi menuju tebing seperti yang dimaksud oleh mang samin, dengan diantar oleh mang samin akhirnya kami sampai ditempat tujuan. Sengaja mang samin hari itu libur ke ladang hanya untuk menunggui kami, sepertinya takut kalau-kalau kami terkena sesuatu. Dengan bentuk tebing yang masih asli, berjarak sekitar 100 meter dari garis pantai, pemandangannya begitu menakjubkan memandang hamparan pantai selatan dari atas tebing, karena dari dasar tebing kita tidak bisa melihat laut. Memang bentuk tebing sangat memudahkan pemanjat untuk mendakinya selain banyak tumpuan juga banyak cekungan untuk pegangan.
Heru sebagai leader (orang pertama, red) yang sampai atas sambil menunggu yang lainnya. Heru melihat-lihat sekeliling tempatnya berdiri, tak jauh dari tempatnya berdiri dilihatnya seorang gadis berdiri menghadap pantai duduk di atas batu. Bajunya khas orang desa dan didekatnya terdapat tenggok yang berisi singkong. ‘’Ah pasti dia gadis desa sini, tapi kok bisa sampai atas ya, lewat mana ?” pikir Heru. Kemudian dia menghampiri gadis itu dan menyapanya. “Pagi mbak, sendirian yah habis dari kebon ?,” sapa Heru sok ramah. “Iya,” jawabnya singkat. “Saya Heru dari Solo, mbak namanya siapa ?,” seloroh Heru lagi, muncul sikap playboynya. “Wati,” ucap gadis itu lirih sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. “Wah kesempatan nih, waduh tangannya halus banget tapi kok dingin, ya,’’ pikir Heru. “Kok bisa naik ke atas, lewat mana ?,”. Pertanyaan Heru itu cuma dijawab dengan arah telunjuk Wati yang menuju jalan kecil terjal dipinggir bukit. Tiba-tiba. “Her, ngapain kamu, eh malah cengar-cengir kok aku tidak bantu naik,” teriak Rio yang kedatangannya disusul oleh Dion.
“Hoi sini dong aku dapet kenalan cewek cantik nih, sini,” teriak Heru. Tapi, “Lho mana Wati, kok hilang, wah pasti gara-gara kalian Wati pergi,” ujar Heru sambil memandang jalan terjal yang mungkin dilalui Wati. Selepas siang kami pulang ke rumah mang Samin lagi dan cerita Heru ketemu dengan Wati agaknya tidak terdengar lagi dari mulut Heru. Hingga malam tiba, mendadak tubuh Heru menggigil kedinginan tapi tubuhnya panas.
“Her kenapa kamu wah, susah kalau bawa anak mami, pasti dia kangen ibunya,” kelakar Santo. Tapi mang samin menanggapinya lain. “Apa yang terjadi dengan kalian diatas tadi ?,” tanya mang Samin. “Tidak ada apa-apa kok, entah kalau Heru,” ujar Santo. “Eh, ya, tadi Heru bilang ketemu dengan gadis bernama siapa Rio?,”. “O,Wati” sahut Rio. Tiba-tiba wajah mang Samin dan istrinya berubah, seperti ketakutan. “Mas kalian tunggu sebentar di sini yah, tapi aku minta ditemani salah satu dari kalian untuk keluar sebentar,” ujar mang Samin tambah membuat kami heran.
“Sudah nanti saya ceritakan,” akhirnya Didik yang pergi menemani mang Samin dan sebentar kemudian mereka datang bersama dengan mbok Nah, dikenal sebagai tabib di desa tersebut. Setelah diberi japa mantra akhirnya tubuh Heru jadi tenang dan hilang sesak panasnya. “Tolong setelah siuman minumkan ramuan ini, sudah saya mau langsung pulang tidak usah diantar,” ujar mbok Nah.
Heru masih belum sadar, sepertinya tidur. Akhirnya mang Samin bercerita, kalau gadis yang dtemui Heru bernama Wati tersebut tak lain adalah Saras, alias Saraswati. Dan, hingga Heru kejang seperti itu pasti karena Heru telah menyentuh tubuh Saraswati. “Jangankan bersalaman, menyentuh saja sudah terkena sawab-nya, tapi untung belum parah jadi masih bisa tertolong, dan nenek yang kalian temui di depan desa itu adalah ibu Saraswati. Dia masih hidup tapi kurang waras, dia selalu menyalakan lampu kerena ingin mencari anaknya siang maupun malam,” terang mang Samin.
“Tapi Saras tidak kejam, hanya sebatas menggoda saja,” imbuhnya. “Kalau boleh tahu siapa Sarawati pak, kenapa bisa jadi begitu,” tanya Dion. Mang Samin takut menceritakan kisah Saraswati pada malam hari, setelah esok pagi baru dia cerita tentang Saraswati. Tuturnya, dia seorang anak yang lahir dari hubungan wanita desa setempat dengan seorang pria pendatang. Namun setelah Saraswati tumbuh menjadi seorang gadis dewasa sang ayah yang bejat malah memperkosanya dan akhirnya Saraswati bunuh diri nyemplung laut. Ayahnya sendiri tewas dihakimi massa. Kisah tersebut sudah terjadi sejak 10 tahun yang lalu, tapi sang ibu Saraswati sampai sekarang masih belum ketemu mencari anaknya.
“Nah, ini dia kampungnya. Asyik juga. Wah aku berharap di sini punya pengalaman menarik yang seumur hidupku baru kali ini mengalami. Ketemu kembang desa kek, atau…,” belum selesai Heru merampungkan kalimat tersebut tiba-tiba kami serentak terkesima melihat ada seorang nenek-nenek berdiri di pinggir jalan. Tampak tangannya membawa lampu senthir, padahal hari masih siang.
“Sebaiknya kita berhati-hati jangan gegabah, kalau ngomong diatur soalnya kita tidak tahu adat di sini, lagi pula kita tidak tahu apakah mang Samin masih ingat aku, ” ujar Didik Arif. Kami yang berlima yakni Didik, Heru, Rio, Santo dan aku Dion, memang berniat mengisi liburan di desa mang Samin, mantan tukang kebun keluarga Didik. Desa Rejo terletak di tepi pantai selatan, merupakan desa yang masih alami dan belum terkontaminasi budaya asing.
Kami memutuskan untuk berlibur di sini karena cerita Didik yang menurut mang Samin, dia tinggal di desa yang alami, dan yang membuat kami tertarik untuk mengunjunginya adalah cerita tentang sebuah tebing yang indah dan siap untuk didaki. Dasar Heru, dia yang paling getol mengajak kami ke sana karena kami memang punya hoby panjat tebing. Akhirnya sampai juga di rumah sederhana
Yang asri. Dari dalam tampak tergopoh-gopoh lelaki paruh baya menyambut kami.
“Mas Didik, akhirnya datang juga mari, mari, silahkan,” sambut mang Samin sambil mengajak kami untuk langsung masuk ke rumahnya. “Enak juga yah suasana desa waktu sore, wah aku jadi langsung pengin jalan-jalan nih,” ajak Heru. Namun dengan gugup mang Samin segera mengajak masuk rumah dahulu dengan setengah memaksa, bahkan istrinya yang muncul kemudian malah langsung menggandeng tanganku untuk masuk ke dalam rumah.
Seusai mandi, dan istirahat sebentar langsung kami disuguhi makan malam. “Mang, ini kan masih sore, baru jam 6 kok sudah makan, nanti saja lah, aku pengin jalan-jalan,” ajak Heru tak sabaran. Tapi dengan sigap mang Samin segera melarang dan menyuruh makan dulu. “Oke deh, aku sudah lapar juga kok, eh mang tadi didepan desa aku melihat seorang nenek duduk di pinggir jalan tapi kok siang-siang menyalakan sentir yah, siapa dia mang,” ujar Didik.
“Makan dulu saja, nanti sehabis makan mamang akan ceritakan tentang desa ini dan aturan-aturannya,” ujar mang Samin. Dengan penuh penasaran akhirnya kami menikmati makan malam denga tergesa-gesa. Seusai makan sambil nyeruput wedang jahe suguhan kami duduk di ruang tengah untuk mendengarkan penjelasan mang Samin. “Mas, sebenarnya kedatangan mas-mas disini agak kurang tepat, mungkin kalau kalian memperhatikan sejak memasuki desa ini akan terasa aneh kan, ini karena beberapa hari ini arwah Saras muncul lagi,”. “Saras, siapa Saras mang,” tanyaku penasaran.
“Maaf mas, membicarakan asal usul Saras adalah tabu di desa ini, yang penting kita tidak boleh mengganggunya dan cara yang dilakukan oleh warga desa adalah dengan tidak keluar rumah selepas magrib dan tidak boleh berkata-kata kotor, tapi ini cuma terjadi selama sepasar (5 hari) saja setelah itu seperti biasa,” ujar mang Samin serius. Akhirnya, kami cuma melewatkan malam pertama dengan saling diam, walaupun ada guyonan malah terkesan hambar.
Esok paginya kita sudah siap pergi menuju tebing seperti yang dimaksud oleh mang samin, dengan diantar oleh mang samin akhirnya kami sampai ditempat tujuan. Sengaja mang samin hari itu libur ke ladang hanya untuk menunggui kami, sepertinya takut kalau-kalau kami terkena sesuatu. Dengan bentuk tebing yang masih asli, berjarak sekitar 100 meter dari garis pantai, pemandangannya begitu menakjubkan memandang hamparan pantai selatan dari atas tebing, karena dari dasar tebing kita tidak bisa melihat laut. Memang bentuk tebing sangat memudahkan pemanjat untuk mendakinya selain banyak tumpuan juga banyak cekungan untuk pegangan.
Heru sebagai leader (orang pertama, red) yang sampai atas sambil menunggu yang lainnya. Heru melihat-lihat sekeliling tempatnya berdiri, tak jauh dari tempatnya berdiri dilihatnya seorang gadis berdiri menghadap pantai duduk di atas batu. Bajunya khas orang desa dan didekatnya terdapat tenggok yang berisi singkong. ‘’Ah pasti dia gadis desa sini, tapi kok bisa sampai atas ya, lewat mana ?” pikir Heru. Kemudian dia menghampiri gadis itu dan menyapanya. “Pagi mbak, sendirian yah habis dari kebon ?,” sapa Heru sok ramah. “Iya,” jawabnya singkat. “Saya Heru dari Solo, mbak namanya siapa ?,” seloroh Heru lagi, muncul sikap playboynya. “Wati,” ucap gadis itu lirih sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. “Wah kesempatan nih, waduh tangannya halus banget tapi kok dingin, ya,’’ pikir Heru. “Kok bisa naik ke atas, lewat mana ?,”. Pertanyaan Heru itu cuma dijawab dengan arah telunjuk Wati yang menuju jalan kecil terjal dipinggir bukit. Tiba-tiba. “Her, ngapain kamu, eh malah cengar-cengir kok aku tidak bantu naik,” teriak Rio yang kedatangannya disusul oleh Dion.
“Hoi sini dong aku dapet kenalan cewek cantik nih, sini,” teriak Heru. Tapi, “Lho mana Wati, kok hilang, wah pasti gara-gara kalian Wati pergi,” ujar Heru sambil memandang jalan terjal yang mungkin dilalui Wati. Selepas siang kami pulang ke rumah mang Samin lagi dan cerita Heru ketemu dengan Wati agaknya tidak terdengar lagi dari mulut Heru. Hingga malam tiba, mendadak tubuh Heru menggigil kedinginan tapi tubuhnya panas.
“Her kenapa kamu wah, susah kalau bawa anak mami, pasti dia kangen ibunya,” kelakar Santo. Tapi mang samin menanggapinya lain. “Apa yang terjadi dengan kalian diatas tadi ?,” tanya mang Samin. “Tidak ada apa-apa kok, entah kalau Heru,” ujar Santo. “Eh, ya, tadi Heru bilang ketemu dengan gadis bernama siapa Rio?,”. “O,Wati” sahut Rio. Tiba-tiba wajah mang Samin dan istrinya berubah, seperti ketakutan. “Mas kalian tunggu sebentar di sini yah, tapi aku minta ditemani salah satu dari kalian untuk keluar sebentar,” ujar mang Samin tambah membuat kami heran.
“Sudah nanti saya ceritakan,” akhirnya Didik yang pergi menemani mang Samin dan sebentar kemudian mereka datang bersama dengan mbok Nah, dikenal sebagai tabib di desa tersebut. Setelah diberi japa mantra akhirnya tubuh Heru jadi tenang dan hilang sesak panasnya. “Tolong setelah siuman minumkan ramuan ini, sudah saya mau langsung pulang tidak usah diantar,” ujar mbok Nah.
Heru masih belum sadar, sepertinya tidur. Akhirnya mang Samin bercerita, kalau gadis yang dtemui Heru bernama Wati tersebut tak lain adalah Saras, alias Saraswati. Dan, hingga Heru kejang seperti itu pasti karena Heru telah menyentuh tubuh Saraswati. “Jangankan bersalaman, menyentuh saja sudah terkena sawab-nya, tapi untung belum parah jadi masih bisa tertolong, dan nenek yang kalian temui di depan desa itu adalah ibu Saraswati. Dia masih hidup tapi kurang waras, dia selalu menyalakan lampu kerena ingin mencari anaknya siang maupun malam,” terang mang Samin.
“Tapi Saras tidak kejam, hanya sebatas menggoda saja,” imbuhnya. “Kalau boleh tahu siapa Sarawati pak, kenapa bisa jadi begitu,” tanya Dion. Mang Samin takut menceritakan kisah Saraswati pada malam hari, setelah esok pagi baru dia cerita tentang Saraswati. Tuturnya, dia seorang anak yang lahir dari hubungan wanita desa setempat dengan seorang pria pendatang. Namun setelah Saraswati tumbuh menjadi seorang gadis dewasa sang ayah yang bejat malah memperkosanya dan akhirnya Saraswati bunuh diri nyemplung laut. Ayahnya sendiri tewas dihakimi massa. Kisah tersebut sudah terjadi sejak 10 tahun yang lalu, tapi sang ibu Saraswati sampai sekarang masih belum ketemu mencari anaknya.
Akibat Dendam Demit Penunggu Pekarangan
Kejadian ini dialami keluarga Rohman (31) warga Sampangan Semarang. Gara-gara membuang air panas sembarangan anak Rohman tertimpa bencana. Begitu air seember dibuang ke pekarangan belakang rumah, mendadak anak laki satu-satunya yang masih berumur 5 tahun menjerit-jerit kelojotan.
Rohman menyaksikan keganjilan itu tidak habis pikir. Dedy, anak laki-lakinya itu meronta-ronta kepanasan. Padahal, sedikit pun tidak terlihat bekas luka mendera di tubuhnya. Dari sore hingga esok harinya, tangisnya tidak pernah berhenti. Tentu bikin kelimpungan Rohman dan istrinya. Berbagai bujuk rayu dilakukan, tapi semuanya seperti sia-sia. Bahkan, pagi itu kondisi Dedy makin mememburuk.
Kejadian ini dialami, sore itu ketika saat magrib tiba, Rohman membuang air panas bekas rebusan jagung di belakang rumahnya. Usai membuang di pekarangan yang tidak dirawat hingga tumbuh semak-semak liar itu, ia pun berangkat ke masjid yang berada tidak jauh dari rumahnya. Magrib itu Rohman melakukan salat berjamaah.
Namun, begitu dia turun dari masjid beberapa tetangga menjemputnya. Dia mendapatkan berita tidak baik. Anaknya tanpa sebab yang pasti tiba-tiba meronta tidak karuan. Persis seperti cacing yang kepanasan. “Aduh..panas…panaaassssssss…,” teriak anaknya itu. mendapat penderitaan si anak, ia lantas memanggil beberapa keluarganya untuk ikut menentramkan Dedy.
Tapi, lagi-lagi upaya yang ditempuh tidak membuahkan hasil. Sampai pagi hari segala upaya untuk menenangkan Dedy tidak ada hasil. Baru siang harinya ada kerabat yang mengusulkan agar dicarikan pengobatan alternatif ke orang pintar. Melihat kejadiannya yang tanpa sebab, keluarga Rohman percaya jika penyakit Dedy tidak wajar.
Dugaan itu ternyata benar. Paranormal yang didatangi Rohman mengatakan, jika anak balitanya mendapat penyakit akibat amarah dedemit. Konon, saat Rohman membuang air panas di semak-semak belakang rumah, ada makhluk halus yang sedang bermain-main. Akibatnya, sekujur tubuh dedemit melepuh dan kelojotan tidak karuan. Sama persis seperti yang dialami Dedy.
Sakit akibat pembalasan si demit ternyata tidak juga dilepas, sebelum Rohman menyadari kekhilafannya dan meminta maaf pada lelembut yang tinggal di belakang rumahnya itu. “Iya Ki… saya memang salah. Air panas itu seharusnya saya buang ke kamar mandi. Bukan di tempat sembarangan. Saya sanggup meminta maaf,” ujar Rohman mengakui kesalahannya pada orang pintar itu.
Meski Rohman bersedia meminta maaf tapi pernyataan dia tidak cuma diungkapkan lewat batin dan kata-kata. Berdasarkan hasil interaksi orang pinter dan si demit, ungkapan minta maaf itu harus dibarengi dengan pemberian sesaji yang diletakan di belakang rumahnya. Oleh si Mbah Dukun itu diputuskan sesaji yang diminta demit akan diberikan asalkan tidak berupa tumbal nyawa manusia.
Sesuai dengan permintaan yang diminta, Rohman menyediakan sesaji berupa kembang telon, bakaran menyan, telur ayam kampung, dan umbarambe lainnya. Ternyata benar, setelah seluruh prosesi permintaan maaf sudah dipenuhi, tidak lebih 5 menit penyakit yang diderita Dedy tiba-tiba hilang dengan sendirinya.
Selebihnya Rohman kepada demit minta agar tidak menggunakan perkarangan sebagai tempat tinggal. Untung saja si demit cukup baik hati, di dengan serta merta mau meninggalkan pekarangan rumah Rohman asalkan, semak belukar yang tumbuh liar di pekarangan itu dibersihkan. Kata si demit, tempat yang tidak terawat dan banyak semak belukar cukup menggiurkan dirinya untuk mendiaminya.
Sadar dengan kesalahan yang nyaris membuat celaka anak semata wayangnya, ingatan Rohman ketika itu langsung tertuju pada petuah-petuah yang pernah dia terima dari orang tua dulu. Kakek dan nenek Rohman dulu, selalu mengingatkan jangan sembarang membuang sesuatu pada saat magrib. Kabarnya pada waktu menjelang malam itu, para dedemit pada keluar dari sarangnya untuk mencari makan.
Nah, sepertinya si demit penunggu pekarangan belakang rumah Rohman bermaksud keluar sarang untuk mencari makan. Sialnya, bukan makanan empuk yang bisa dia santap, melainkan air panas yang mengguyur sekujur tubuhnya yang mungil. Karena merasa kepanasan dan bercampur jengkel, dia murka dengan langsung menurunkan kutukan pada anak Rohman.
Rohman menyaksikan keganjilan itu tidak habis pikir. Dedy, anak laki-lakinya itu meronta-ronta kepanasan. Padahal, sedikit pun tidak terlihat bekas luka mendera di tubuhnya. Dari sore hingga esok harinya, tangisnya tidak pernah berhenti. Tentu bikin kelimpungan Rohman dan istrinya. Berbagai bujuk rayu dilakukan, tapi semuanya seperti sia-sia. Bahkan, pagi itu kondisi Dedy makin mememburuk.
Kejadian ini dialami, sore itu ketika saat magrib tiba, Rohman membuang air panas bekas rebusan jagung di belakang rumahnya. Usai membuang di pekarangan yang tidak dirawat hingga tumbuh semak-semak liar itu, ia pun berangkat ke masjid yang berada tidak jauh dari rumahnya. Magrib itu Rohman melakukan salat berjamaah.
Namun, begitu dia turun dari masjid beberapa tetangga menjemputnya. Dia mendapatkan berita tidak baik. Anaknya tanpa sebab yang pasti tiba-tiba meronta tidak karuan. Persis seperti cacing yang kepanasan. “Aduh..panas…panaaassssssss…,” teriak anaknya itu. mendapat penderitaan si anak, ia lantas memanggil beberapa keluarganya untuk ikut menentramkan Dedy.
Tapi, lagi-lagi upaya yang ditempuh tidak membuahkan hasil. Sampai pagi hari segala upaya untuk menenangkan Dedy tidak ada hasil. Baru siang harinya ada kerabat yang mengusulkan agar dicarikan pengobatan alternatif ke orang pintar. Melihat kejadiannya yang tanpa sebab, keluarga Rohman percaya jika penyakit Dedy tidak wajar.
Dugaan itu ternyata benar. Paranormal yang didatangi Rohman mengatakan, jika anak balitanya mendapat penyakit akibat amarah dedemit. Konon, saat Rohman membuang air panas di semak-semak belakang rumah, ada makhluk halus yang sedang bermain-main. Akibatnya, sekujur tubuh dedemit melepuh dan kelojotan tidak karuan. Sama persis seperti yang dialami Dedy.
Sakit akibat pembalasan si demit ternyata tidak juga dilepas, sebelum Rohman menyadari kekhilafannya dan meminta maaf pada lelembut yang tinggal di belakang rumahnya itu. “Iya Ki… saya memang salah. Air panas itu seharusnya saya buang ke kamar mandi. Bukan di tempat sembarangan. Saya sanggup meminta maaf,” ujar Rohman mengakui kesalahannya pada orang pintar itu.
Meski Rohman bersedia meminta maaf tapi pernyataan dia tidak cuma diungkapkan lewat batin dan kata-kata. Berdasarkan hasil interaksi orang pinter dan si demit, ungkapan minta maaf itu harus dibarengi dengan pemberian sesaji yang diletakan di belakang rumahnya. Oleh si Mbah Dukun itu diputuskan sesaji yang diminta demit akan diberikan asalkan tidak berupa tumbal nyawa manusia.
Sesuai dengan permintaan yang diminta, Rohman menyediakan sesaji berupa kembang telon, bakaran menyan, telur ayam kampung, dan umbarambe lainnya. Ternyata benar, setelah seluruh prosesi permintaan maaf sudah dipenuhi, tidak lebih 5 menit penyakit yang diderita Dedy tiba-tiba hilang dengan sendirinya.
Selebihnya Rohman kepada demit minta agar tidak menggunakan perkarangan sebagai tempat tinggal. Untung saja si demit cukup baik hati, di dengan serta merta mau meninggalkan pekarangan rumah Rohman asalkan, semak belukar yang tumbuh liar di pekarangan itu dibersihkan. Kata si demit, tempat yang tidak terawat dan banyak semak belukar cukup menggiurkan dirinya untuk mendiaminya.
Sadar dengan kesalahan yang nyaris membuat celaka anak semata wayangnya, ingatan Rohman ketika itu langsung tertuju pada petuah-petuah yang pernah dia terima dari orang tua dulu. Kakek dan nenek Rohman dulu, selalu mengingatkan jangan sembarang membuang sesuatu pada saat magrib. Kabarnya pada waktu menjelang malam itu, para dedemit pada keluar dari sarangnya untuk mencari makan.
Nah, sepertinya si demit penunggu pekarangan belakang rumah Rohman bermaksud keluar sarang untuk mencari makan. Sialnya, bukan makanan empuk yang bisa dia santap, melainkan air panas yang mengguyur sekujur tubuhnya yang mungil. Karena merasa kepanasan dan bercampur jengkel, dia murka dengan langsung menurunkan kutukan pada anak Rohman.